Tiga Kesalahan Kecil Gus Yaqut Yang Fatal
By Lufy Jung
Beberapa hari ini muslim tanah air sedang dibuat bingung
sekaligus meradang oleh perkataan Menteri Agama yang lebih dikenal dengan
sebutan Gus Yaqut.
Sebelum melanjutkan baca juga:
Loh Masih Berkibar Bendera Itu di NKRI?
SE 05 Mengatur Volume Pengeras Suara Masjid dan Musala
Soal Berisik atau Bising pun Diatur oleh Negara
Heboh Suara Azan dan TOA Speaker Masih Berlanjut
Lucunya, perkataan Gus Yaqut atau yang memiliki nama asli
Yaqut Cholil Qoumas ini menyangkut kebijakan beliau yang mengatur tentang
penggunaan TOA saat umat muslim mengumandangkan Adzan di masjid. Dengan maksud
dan toleransi beragama, Gus Yaqut mengeluarkan aturan tentang penggunakan TOA
dengan volume tertentu dan di waktu tertentu. Namun yang membuat sebagian umat
muslim di Indonesia menjadi meradang adalah beberapa perkataan Gus Yaqut yang
mengumpamakan kebisingan suara Adzan dengan suara gonggongan anjing.
Kita semua tahu jika anjing adalah hewan yang digolongkan
najis oleh umat Islam karena liur anjing yang mengandung penyakit. Sehingga
dalam konteks pandangan masyarakat awam anjing adalah hewan yang najis.
Kemudian Adzan yang bernilai luhur dan memiliki makna ketuhanan yang tinggi
rasanya terdengar tidak pantas bila disandingkan perumpamaan suara gonggongan
anjing.
Dalam persoalan ini mari kita melihat dari sudut pandang
semua orang. Sudut pandang Gus Yaqut, sudut pandang cendekia dan sudut pandang
orang awam.
Dari sudut pandang Gus Yaqut. Beliau yang putra seorang
ulama, seorang santri dan background keilmuan agama yang mumpuni tentu saja
beliau tidak memiliki niatan untuk menistakan agama. Apabila dianalisis dari
perkataan beliau yang mengidentikkan Islam dengan Adzan dan Umat agama lain
dengan anjing itu benar. Jadi beliau memberikan contoh toleransi dengan sudut
pandang itu. Apabila ditafsirkan menggunakan analisis riwayat kedua background
keyakinan beragama, Gus Yaqut memilih contoh anjing yang banyak dipelihara non
muslim sebagai contoh.
Masjid umat muslim di lingkungan yang memiliki agama lain
tentu suara adzan mungkin mengganggu. Kemudian sebaliknya. Umat non muslim yang
mungkin di lingkungannya ada umat muslim, mungkin suara anjing miliknya yang
menggonggong akan mengganggu. Sebenarnya perkataan ini memang hanya contoh
mengapa aturan TOA saat Adzan diturunkan.
Kemudian mari kita lihat dari sudut cendekiawan. Orang-orang
yang kritis. Yang paham agama dan sebagainya tentu mereka memiliki pemahaman
dan pendapat yang berbeda-beda sehingga sebagian memahami maksud dan tujuan
tersebut dan sebagian yang lain mungkin keberatan karena perumpamaan yang
diberikan adalah suara gonggongan anjing seolah tidak ada contoh lain yang
lebih pantas. Belum lagi jika menyangkut Sunnah bagaimana Adzan dikumandangkan
dengan baik.
Sementara dari sudut pandang orang awam kebanyakan akan
kebingungan dengan kebijakan pengaturan TOA saat Adzan. Bisa dibilang sejak
Islam berada di Indonesia mengapa baru sekarang suara Adzan mengganggu.
Sehingga kebijakan ini dirasa nyeleneh dan tidak mendukung kepercayaan agama
Islam.
Dari hal di atas, maka bisa kita simpulkan. Kesalahan kecil
yang tanpa sengaja dilakukan Gus Yaqut :
1. Perjumpaan suara Adzan dan Anjing yang kurang relevan.
Meski yang menjadi fokus ukuran perumpamaan adalah suara keduanya yang mungkin
dianggap mengganggu.
2. Peraturan penggunaan TOA. Jika peraturan ini berlaku
untuk di luar kepentingan Adzan mungkin lebih relevan. Tetapi untuk Adzan yang
tak sampai lima menit jika dikatakan mengganggu rasanya kurang relevan. Dan
peraturan ini dirasa tidak masalah jika masjid yang ada berada di tengah umat yang
mayoritas non muslim. Akan tetapi dengan lingkungan yang mayoritas muslim
apakah peraturan ini relevan. Siapa yang akan terganggu dengan suara adzan?
3. Suara Adzan yang dianggap mengganggu umat non muslim. Benarkah
ada umat non muslim ada yang melaporkan sampai menjadi permasalahan serius
karena terganggu oleh suara Adzan? Benar seperti kata orang awam. Bahwa selama
Islam di Indonesia ada belum pernah ada kasus yang merasa terganggu oleh suara
Adzan yang terjadi hingga menjadi polemik.
Dari hal yang telah disebutkan di atas maka bila ada yang
bertanya. Siapa yang akan marah dan meminta si pemilik anjing agar anjingnya
diam dan tidak menggonggong. Hanya orang yang tidak waras yang memintanya. Dan
adakah umat non muslim yang meminta suara adzan yang hanya beberapa menit itu
dihentikan lantaran mengganggu umat non muslim. Apalagi warga yang mayoritas
muslim. Hanya yang hatinya gelap yang terganggu dengan suara adzan.
Itulah beberapa kesalahan kecil yang memantik keributan
tentang masalah Adzan dan TOA. Sebagian pihak juga berpendapat, sebenarnya
masalah ini bisa segera selesai, jika Gus Yaqut dengan kerendahan hati meminta
maaf dan mengakui kesalahan dalam membuat perumpamaan sehingga menyinggung
sebagian umat muslim. Dan kebijakan ini juga akan menjadi lebih sempurna jika
peraturan TOA berlaku di tempat tertentu terutama yang penduduknya mayoritas
non muslim. Bahkan sebagian ulama kondang mulai dari UAS, Ustadz Adi Hidayat,
Buya Yahya, Gus Baha dan ulama-ulama lain telah mengomentari
persoalan-persoalan ini melalui media dakwah masing-masing.
Posting Komentar untuk "Tiga Kesalahan Kecil Gus Yaqut Yang Fatal"