(Makhluk Reproduksi) Selendang Myanma
“Itu selendang siapa?” Tanya Lucy bernada
cemburu.
“Wanita.” Jawab Rico singkat dan dingin.
“Kalau aku gimana?”
“Kamu hanya seorang gadis?”
“Gadis?”
“Ya!”
“Kalau aku?” Tanya Rara.
“Kamu seorang perempuan!”
“Oya?”
Mereka semua menyukai Rico, tapi tak satu
pun dari mereka mendapatkan harapan apalagi peluang. Di luar kafenya juga masih
banyak gadis, cewek, wanita, dan perempuan yang menyukainya, tapi Rico tetap
pada sikapnya. Tidak memberikan mereka sinyal sama sekali.
“Apa bedanya juga gadis, wanita, dan
perempuan? Bukankah keduanya makhluk reproduksi?” Lucy tampak mengernyit.
“Iya juga. Gak ada bedanya.” Timpal Rara.
“Punya KBBI online?”
“Nggak, kenapa?”
“Download
dan cari artinya!”
Mereka sepertinya enggan. Rico juga tidak
tampak memaksa.
“Kamu lebih suka wanita, gadis, atau
perempuan?”
Rico hanya diam.
“Sepertinya lebih suka wanita!” Sahut
Rara.
“Oya, dari mana kamu mendapatkan selendang
itu?” Lucy sangat penasaran.
“Seseorang di jalan ketika selendangnya
terjatuh dan terinjak kakiku. Kupungut dan kuberikan kartu namaku agar ia
mengambilnya di sini setelah kucucikan!”
“O, begitu! Cara klasik!”
Mereka, Rara dan Lucy pun terbahak-bahak.
Sikap tipu-tipu. Sebenarnya mereka sangat cemburu. Tertawanya hanya palsu.
“Siapa namanya?”
“Myanma!”
“Tidak mirip nama orang!”
“Terus mirip negara?”
“Iya!”
Kembali mereka menertawakan diri.
Lucy mendekatkan mulut ke telinga Rico
kemudian berbisik: “Kamu tahu nggak, aku suka kamu!”
Rico hanya diam.
Gantian Rara yang berbisik. “Apapun yang
Lucy bisikkan, aku juga mau bilang kalau aku suka kamu!”
“Sudah, sudah! Kalian mau pesan minum
apa?” Rico mengalihkan topik.
“Baiklah, whatever! Aku pesan ice
cappucino dengan rasa cinta!”
“Aku pesan kopi Vietnam dengan rasa yang
sama dengan Lucy!”
Rico tak selera meresponnya. Rico
cepat-cepat mengantar pesanan mereka kemudian meninggalkannya berpura-pura
sibuk.
Tak lama, ada seorang wanita masuk kafe
Rico. Lucy dan Rara tampak memperhatikannya sejak masuk hingga pesan sesuatu di
hadapan Rico. Terus saja mengawasi begitu rinci dari atas hingga ke sepatu
wanita itu. Rambutnya pirang. Kulitnya putih bening. Sepertinya tidak pernah
alergi kulit atau terluka, begitu mulus kulitnya.
“Pantas si Rico menyimpan dan mencuci
selendang wanita itu, bening!” Bisik Rara ke Lucy.
“Ho oh, kamu betul sekali!”
Rico menyapa wanita itu dengan hai,
selamat siang kemudian dilanjutkan dengan apa kabar seperti dalam film-film.
Wanita itu tersenyum sebelum membalas sapaan Rico. Sementara Lucy dan Rara
merasakan hawa panas di ruang sejuk kafe itu. Mereka seperti nasi tim.
“Hmm, ini kafemu?”
“Bukan, aku hanya pekerja merangkap
manager!”
“Oh, begitu. Oya, namamu Rico kan?”
“Iya, benar! Aku sangat ingat namamu
Myanma!”
“Terima kasih.”
“Itu selendangmu sudah kucuci!” Rico
menunjuk ke tiang aksesoris kafe. Selendang itu tergantung ditemani topi koboy.
“Mau pesan apa?”
“Sebenarnya cuma mau
ngambil selendangku, tapi enak juga dicoba pisang goreng gula aren dan
secangkir kopi susu sambil ngobrol. Itu sih kalau kamu tidak sibuk!”
“Oh, tidak kok. Andai pun ada pelanggan
datang, ada teman-temanku kok!”
Grrr. Lucy dan Rara merasa tertampar. Dia
kira kita pelayan? Batin mereka, tapi karena Rico yang bilang seperti itu tidak
apalah.
Posting Komentar untuk "(Makhluk Reproduksi) Selendang Myanma "