Mencita-citakan Kematian yang Baik: 8. Tanda-Tanda Kematian Yang Baik
Sesungguhnya alam dan seluruh
fenomena yang terjadi di dalamnya memberikan hikmah dan pelajaran yang berharga
bagi manusia sehingga Tuhan dengan sifat sombongNya menyatakan: aku menciptakan
segala sesuatu tidak dengan sia-sia. Ada banyak hal yang dapat kita pungut
untuk memperkaya kehidupan terutama tentang tanda-tanda kematian yang baik.
Sebelum lebih jauh membahas tanda-tanda
tersebut ada baiknya menyatukan pemahaman bahwa kita sebenarnya penduduk surga.
Karena penduduk surga, kita usahakan kembali, pulang ke kampung halaman yakni
surga. Setuju?
Ada satu analogi dan logika, ketika membiasakan
berbuat baik, maka kemungkinan besar mati dalam keadaan baik. Ketika kita
terbiasa menyebut nama Tuhan, maka ketika kaget kita serta merta menyebut
namaNya. Begitu pula dengan ketika kita terbiasa menyebut kata-kata kotor, yang
terlontar ketika terkejut juga kata-kata yang kotor itu. Dan, kematian adalah
peristiwa yang sangat mengejutkan.
Ada kalimat agama yang menyampaikan bahwa
kematian seseorang bersama kesenangannya. Ketika suka berbuat baik, maka
berakhir baik. Begitu pula sebaliknya sehingga kata kuncinya adalah
membiasakan. Membudayakan berbuat baik agar tercapai kematian dengan
tanda-tanda kebaikan.
Ada orang yang meninggal ketika sujud. Ada juga
yang meninggal ketika perjalanan ke mesjid. Ada yang meninggal ketika tawaf.
Ada pula yang meninggal saat mengucap dua kalimat syahadat menjelang tidur. Ada
yang meninggal tersenyum. Ada yang meninggal hari Kamis, malam Jumat. Ada yang
meninggal tepat hari Jumat. Sekian banyak contoh kematian yang baik. Tinggal
pilih kematian yang seperti apa. Selanjutnya coba tanyakan perjalanan hidup
salah satu yang meninggal dengan tanda kematian tersebut. Bukankah kematian
tetap bisa dicita-citakan dengan baik? Ketika dalam kelahiran kita tidak bisa
memilih, maka ada peluang pada kematian kita bisa memilih. Bukankah begitu?
Kematian dengan tanda-tanda yang baik, agama
menyebutnya meninggal dalam keadaan husnul khatimah. Berikut beberapa
keterangan agama yang mampu diringkas tentang hal tersebut.
Nabi mengatakan bahwa "Barang siapa yang akhir perkataannya
adalah La Ilaha ilallah (Tidak ada
sesembahan yang berkah disembah selain Allah), maka dia akan masuk surga."
Mengucap kalimat tauhid menjelang kematian adalah kunci pintu surga seseorang.
Dalam keadaan lain Nabi juga menyampaikan bahwa "Tidaklah seorang muslim
meninggal pada hari dan malam Jumat, melainkan Allah akan menjaganya dari
fitnah (siksa) kubur." Bahkan ketika dalam kondisi khusus Nabi menyebutkan
bahwa “Orang mukmin meninggal dunia dengan (mengeluarkan) keringat di dahinya.”
Ia menyebut status mukmin (orang yang beriman) kepada orang yang meninggal
dalam keadaan dahinya berkeringat.
Dalam peristiwa khusus juga Nabi menyampaikan
bahwa orang-orang yang meninggal karena sakit perut, tertimpa bangunan, terkena
penyakit ganas, tenggelam, saat melahirkan, saat menjalan tugas mencari nafkah
halal, pada hari Kamis atau Jumat, dan sebagainya layak pulang dengan membawa
kebaikan di sisi Tuhan.
Dalam masyarakat, kita banyak mendengar cerita
para penggali kubur. Sebagian mereka bercerita ketika menggali tanah kubur
menemukan tulang berserakan dari orang yang mati sebelumnya. Sepertinya kuburan
tersebut tidak dirawat lagi sehingga tanpa penanda nisan. Ada sebagian penggali
kubur juga menemukan penghuni kubur yang utuh tubuh dan kafannya walaupun telah
puluhan bahkan ratusan tahun. Cerita tersebut sedikit mengernyitkan kening
kita. Ada pula yang menggali ulang kuburan seseorang untuk dipindahkan, namun
lenyap, kosong. Tidak ada siapa pun dalam kubur di bawah nisan bernama itu. Apa
yang terjadi terhadap mereka yang telah dikubur dengan perbedaan kondisi itu?
“Sesungguhnya ada hamba yang mengerjakan amal
yang menurut pandangan manusia adalah amal surga namun sejatinya itu adalah
kegiatan penduduk neraka. Dan ada pula orang yang menjalani kehidupan yang
menurut pandangan orang-orang adalah perilaku ahli neraka, namun sebenarnya
amal tersebut merupakan amal ahli surga. Yang penting pada setiap amal adalah
bagaimana purnanya.”[1]
Posting Komentar untuk "Mencita-citakan Kematian yang Baik: 8. Tanda-Tanda Kematian Yang Baik"