Mencita-citakan Kematian yang Baik: 14. Puisi-Puisi tentang Kematian
14. Puisi-Puisi tentang Kematian
Nama dan Bayang-Bayang
Tuhan
menyebut bayang-bayang manusia
Begitu
penting beberapa kali
Sebuah tanda
bahwa yang hakiki
Kepunyaan
manusia hanyalah bayang-bayang
Dan satu nama
di batu nisan
Hiruk-pikuk
zaman
Tak setiap
detik pun terhindar dari bayang-bayang
Alam bayang
tampak nyata
Maya terpikir
nyata
Yang tidak
dicipta Tuhan
Tapi berasal
dariNya adalah hidup
Ketika
tinggal bayang-bayang dan nama
Hidup itu di
dalam Tuhan
Maka
memelihara gerak
Tepat tetap
dalam sujud
Jadi utama
dalam kepulangan
Malang, 25
Desember 2020
Dua Alam
Humus
Top
and subsoil
Weathered
rock fragments
Bedrock
Lapisan tanah
Epidermis
Dermis
Subcutaneous
tissue
Muscle
Lapisan kulit
Dua alam dalam satu semesta
Satu alam dalam masa permulaan
Tanah sakit
Seluruh alam sakit
Malang, 13 September 2020
Kita adalah
Garis Tegak
Otak di kepala
Terbit tinggi menjadi matahari
Kedua mata ini
Adalah bintang penunjuk arah
Jantung yang berdegub serupa suara udara
Detak dan suara mejadi tanda kehayatan
Dan pendengaran
Air yang mengalir gemericiknya menjadi hasrat
Menjadi darah mengitari keluasan bentuk dan
gerak
Menjadi cipta mengisi ruang semesta
Kulit dan daging layaknya tanah yang rendah
Dijunjung dengan bijak
Tempat semua salam penghormatan kembali
Rasa ibarat cakrawala
Pemisah dua dunia yang tampak satu
Kita adalah garis tegak yang berpijak pada
lintangan cakrawala
Malang, 13 September 2020
Penjual
Kembang
Seorang penjual kembang kuburan
Di tanah Sama’an
Orang sini katanya
Bunganya laris terbeli
Menghiasi batu-batu penanda berukir
Sebelum layu dan kerontang
Setelah peziarah pulang
Penjual kembang memungutnya kembali
Didasar ulang layaknya bunga baru
Dijual lagi
Ya, dijual lagi
Hei, perempuan penjual kembang
Bagaimana kau merampasnya
Dari seseorang yang telah mati
Apa saja isi perutmu bila kembang yang kaucuri
Juga tersepelekan
Kita hanya mencoba menghormati yang hidup
Yang datang kepada yang mati
Hei, yang menunggu kematian
Apakah kamu diam saja di dalam tanah kelak
Ketika seseorang merebut kembang hiasan nisanmu
Tak ada yang tersisa dari kita
Hanya nama di batu nisan itu
Malang, 2 Mei 2020
Kesunyian yang
Bening
Bukankah dalam gelap lebih bising dari terang
Sunyi hanya ada pada benderang
Sepi pun hanya terjadi pada malam
Senyap menyelimuti pada kata yang tak tuntas
Hati lebih sunyi dari pasar yang ditinggalkan
api
Hati juga lebih sepi dari gulitanya malam
Hati yang sunyi yang sepi lebih senyap dari
kebisuan
Genderang di langit ditabuh oleh awan
Gemerincing logam di tanah terbuat dari tetesan
hujan
Gemuruh pada perut adalah angin kecemasan
Riuhkan sunyi
Ada gelas bernama jantung
Berisi nama sifat dan wajah cahaya
Kebeningannya menjadi kesunyian
Dalam kesunyian itu ia ada
Malang, 3 Mei 2020
Aku Hidup
Tigakali
Kemarin aku duduk di situ
Hari ini tidak ada lagi
Mungkin besok kutemukan diriku
Duduk di tempat itu lagi
Bukankah yang kemarin duduk di situ aku?
Bukankah hari ini yang tidak lagi duduk di situ
juga aku?
Mungkinkah besok yang akan duduk di tempat itu
lagi aku aku juga?
Ada apa dengan waktu?
Malang, 4 Mei 2020
Kuburan Ruh
Kuburan kuburan di luar tubuh
Jadi pemakaman bangkai
Kuburan kuburan di dalam tubuh
Inilah pemakaman ruh
Aku menengok ke dalam
Kutemukan Firaun bahkan Dajjal
Kadang kujumpai pula dewa dan malaikat
Tak lupa para leluhur mengambil tempat
Tak jarang seisi kebun binatang hadir di
dalamnya
Tubuh ini seperti botol ajaib
Atau layaknya terminal berbagai jenis penumpang
Ada yang bertengger
Menunggangi
Menarik kekang kendali
Semoga selamat
Satu keyakinan
Aku pasti pulang ke rumah tanpa tersesat
Malang, 5 Mei 2020
Buku Kehidupan
Hidup itu mengarungi tiap huruf pada lembaran
buku
Nyawa mengejanya menjadi kata mencoba menemukan
makna
Melintasi barisan huruf tak semudah mengikuti
garis
Butuh benturan sebelum mencapai titik
Tiap kata ada ruang menganga
Antar kalimat ada kekosongan membentang menjadi
jurang
Pada ruang yang menganga itu
Pada kekosongan yang membentang itu
Diri terjebak tercetak menjadi iblis
Sungguh kasihan nyawa yang tertitip pada
kunang-kunang
Hanya uluran tangan harapan satu-satunya
Tiba di huruf berikutnya dengan selamat
Hanya tangannya
Hanya dia
Hanya ia
Malang, 6 Mei 2020
Batu-Batu Tak
Ingin Ke Surga
Ikan-ikan merenangi gurun
Kaki-kaki menjejak langit
Burung-burung membuang sayapnya
Manusia menelan keraguan
Batu-batu meneteskan kesedihan
Menyaksikan Musa menganggap gunung itu Tuhan
Pun sama Ibrahim juga mengira bintang itu
sesembahan
Cahaya menerangi tapi zaman makin mundur
Tuhan-tuhan diciptakan dari semen
Hewan pun diputuskan untuk disembah
Ikan-ikan tak kembali pada laut
Kaki-kaki menjadi kepala
Burung-burung memakai tongkat
Manusia makin yakin akan rupa
Batu-batu tak ingin ke surga
Malang, 7 Mei 2020
Bawa Abadi
Dari mana kau belajar meluluhkan hati
Hati ini melampaui batu lebih keras dari baja
Bagaimana senyummu mampu melubangi
Bagaimana sentuhanmu melekatkan aroma bunga
Bagaimana tatapanmu menguras kegelisan menjadi
rindu
Pantulan cahaya dari pipimu menceriakanku
Genggamanmu adalah pesona kemuliaan
Tentangmu hanya kebaikan
Semua memberi bekas yang hanya bisa dibawa
abadi
Ini wajahku
Ini tanganku
Ini hatiku
Bawa abadi seperti cahaya mengikuti matahari
Malang, 7 Mei 2020
Lelana Rahara
Rahara duduk di tepian malam
Menekuri nasib bintang-bintang
Yang disembunyikan gemawan
Dalam gulana gulita pun menyanderanya pada
sudut sesal
Dosa-dosa yang terlahir dari rahim iblisnya
beranjak dewasa yang kemudian menyelelingkuhi ibunya lebih banyak melahirkan
cucu dosa
Lelana rahara yang panjang mengurai gelap pekat
Sedikit kerlip cahaya di hatinya melambat
menuju padam
Perjalanan yang meletihkan menggendong anak
cucu dosa menuju rumah kepulangan
Dalam ketaksaan benaknya bertanya
Jika kasih sayang hanya beralamat pada
orang-orang yang suci,
Ke pintu mana harapan bertamu?
Rahara pun mengetuk pintu semesta
”Aku datang berkunjung. Aku bawa bingkisan.
Sebuah buku yang kutulis dalam kebutaan. Kertasnya kurajut dari kulit anak-cucu
dosaku. Aku menyerah."
Tuan rumah pun tersenyum
Mengibarkan pelukan
Sumenep, 14 April 2021
Neraka
Terdalam
Kita bukan tuhan
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Dan neraka terdalam adalah
Penyesalan
Malang,14 April 2021
Kebaikan
adalah Pinjaman Tuhan
Kebaikan adalah pinjaman tuhan
.
.
.
.
.
.
.
Kematian mengerikan
Ketika tak satu pun kebaikan diingat
Malang, 16 April 2021
Mencita-citakan Kematian yang Baik: 14. Puisi-Puisi tentang Kematian
Kitab Kematian lengkap versi digital dapat diperoleh di:
Posting Komentar untuk "Mencita-citakan Kematian yang Baik: 14. Puisi-Puisi tentang Kematian"