Mencita-citakan Kematian yang Baik: 13. Mencita-citakan Kematian yang Baik
13. Mencita-citakan Kematian yang Baik
Layaknya anak kecil
bercita-cita, ada yang yang ingin menjadi polisi, dokter, guru, astronot, dan
sebagainya karena sebagai anak ia terlahir dengan terpaksa. Ia tidak bisa
memilih dari ibu siapa dan ayah siapa, ia menerima saja warna kulit, paras
wajah, bentuk tubuh, begitu saja. Kemudian ketika dewasa kelak, ia menyesuaikan
dengan cita-cita yang telah ia buat ketika masih kecil sehingga ada yang
benar-benar menjadi polisi, dokter, guru, dan sebagainya.
Begitu pula dengan mencita-citakan kematian
yang baik. Karena kelahiran manusia terjadi begitu saja, maka kematiannya
harusnya bisa memilih. Berkeingan mati seperti apa? Dalam kondisi yang bagaimana?
Karena sebenarnya takdir itu berpasangan: ada siang ada malam, ada hidup ada
mati, ada terpaksa ada karsa. Ketika terlahir tanpa bisa memilih, maka
pasangannya adalah mati dalam peluang pilihan. Mati dalam keadaan yang
dicita-citakan.
Tidak semua orang mati dalam keadaan sujud.
Tidak semua orang mati ditakdirkan mati di hari Jumat atau Kamis. Tidak semua
orang mati ketika memiliki wudu’. Tidak semua orang bisa mati ketika membaca Al
Quran. Hanya beberapa orang yang ditakdirkan mati dalam keadaan yang sempurna.
Itulah peluang yang harus kita pilih karena kita terlahir tanpa bisa memilih.
Beberapa orang mati dalam keadaan celaka.
Beberapa orang mati dalam keadaan bermaksiat. Beberapa orang mati dalam
kesenangannya berbuat tidak baik. Beberapa orang mati terbelalak. Beberapa
orang lagi dalam keadaan menjerit. Beberapa keadaan ini tentu bukan pilihan
kematian kita. Kita tetap pada keyakinan bisa memilih kematian yang baik.
Bisakah? Adakah peluang? Tentu. Bahkan Tuhan
telah menyiapkan beberapa doa untuk kematian yang baik. Allahummaj'al khayra 'umri akhirahu, wakhaira 'amali khawatimahu, wa
khaira ayyami yauma al-qaka. (Ya Allah, jadikanlah sebaik-baik umurku pada
ujungnya, dan jadikan sebaik-baik amalku pada akhir hayatku, dan jadikan
sebaik-baik hariku pada saat aku bertemu dengan-Mu (di hari kiamat). (HR Ibnu
As-Sunni).
Bismillahir
rahmanir rahim. Ya hayyu ya qoyyumu ya badi'as samawati wal ardli ya dzal
jalali wal ikram. Allahumma inni as-aluka an tuhyiya qolbi binuri ma'rifatika
abada. Ya Allah, ya Allah, ya Allah, ya rahmaan, ya rahim, bi rahmatika ya
arhamar rahimin. (Dengan
menyebut nama Allah, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Wahai Dzat Yang
Maha Hidup, wahai Dzat Yang Berdiri Sendiri, wahai Dzat Pencipta langit dan
bumi, wahai Dzat Yang Maha Agung dan Mulia. Ya Allah, saya memohon kepada-Mu
agar Engkau menghidupkan hatiku dengan nur makrifat kepada-Mu selamanya. Ya
Allah, ya Allah, ya Allah, wahai Dzat Maha Pengasih, wahai Dzat Maha Penyayang,
dengan rahmat-Mu, wahai Dzat Maha Pengasih di antara para pengasih).
“Fatirās-samāwāti
wal-ard, anta waliyyi fid-dun-ya wal-akhirah, tawaffani muslimaw wa āl-hiqni
bis-saalihiin.” (Ya Allah,
Pencipta langit dan bumi. Engkaulah Pelindungku di dunia dan di akhirat,
wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang
yang shaleh.”[1])
Bahkan Tuhan menjamin: “Siapa yang di akhir
hayatnya bisa mengucapkan la ilaha
illallah (tidak ada Tuhan selain Allah), maka ia masuk surga.”[2]
Tentu hanya orang yang membiasakan hidup
surgawi yang dapat kembali ke kampung halaman surga. Kondisi yang diharapkan
dalam doa-doa di atas adalah kondisi yang kita ciptakan semasa di dunia. Kalau
kebiasaan hidupnya membaca kalimat tauhid, maka besar kemungkinan meninggal
dalam keadaan bertauhid.
Ketika dalam hidup kita terbiasa berbicara
kotor, maka ketika di-getak malaikat, yang meluncur dari mulut kita tentu
kata-kata kotor. Sebaliknya, ketika kita terbiasa dengan kalimat tayyibah, saat
mendadak disambar malaikat, tentu yang terlisan adalah kalimat yang baik.
Nabi berkata: "Kematian secara tiba-tiba
adalah kesenangan bagi orang mukmin dan penyesalan atas orang yang berbuat
maksiat."[3]
“Sesungguhnya orang mukmin jika dilapangkan
baginya sesuatu, niscaya ia akan menyukai perjumpaan dengan Allah dan Allah
akan menyukai perjumpaan dengannya."[4]
[1] QS. Yusuf
ayat 101
[2] HR Abu Daud
[3] HR Ahmad
[4] HR
Bukhari Muslim
Kitab Kematian lengkap versi digital dapat diperoleh di:
Posting Komentar untuk "Mencita-citakan Kematian yang Baik: 13. Mencita-citakan Kematian yang Baik"