Mencita-citakan Kematian yang Baik: 12. Pulang Kampung
12. Pulang Kampung
Sungguh luar biasa perjalanan hidup manusia.
Perjalanan yang panjang untuk kepulangan yang panjang pula. Berasal dari negeri
surga di alam akhirat, kemudian turun ke alam rahim, dan di sinilah sekarang
tempat masa kini kita hidup yakni alam dunia. Setelah mengalami alam dunia,
kita turun akan ke alam kubur, ke alam barzah dan kemudian kembali ke alam akhirat.
Kembali ke alam akhirat, beberapa kisah ada
yang tidak kembali ke surga. Ada yang mampir ke neraka, ada yang menetap, ada
yang kemudian kembali ke surga setelah beberapa waktu singgah di neraka.
Pulang kampung, layaknya mudik saat lebaran,
butuh perlengkapan dan bekal yang cukup. Pakaian baru, uang, perhiasan,
makanan, dan sebagainya. Untuk memenuhi perbelakan tersebut tentu menabung
adalah langkah yang bijak. Begitu pula ketika akan pulang ke kampung akhirat,
butuh perbekalan yang cukup. Menabungnya tentu berbeda hal dengan menabung
ketika akan mudik di kampung dunia.
Menabung untuk pulang ke kampung akhirat dapat
diartikan sebagai membiasakan hal-hal yang baik, memperbanyak amal dan ibadah,
dan berharap pertemuan dengan Tuhan setiap saat dalam keridaanNya. Bekal
utamanya adalah tiga yakni Islam, Iman, dan Ihsan. Dengan ketiga bekal
tersebut, insyaallah mudik akan berjalan lancar dan selamat sampai tujuan.
Syukur-syukur bertemu langsung dengan Tuhan Yang Maha Tunggal dan kecintaanNya
yakni Nabi Muhammad SAW.
Sebenarnya kebiasaan di kampung dunia
memberikan tanda apakah itu termasuk kebiasaan kampung surga atau neraka.
Kebiasaan mengumpat, maling, jahil, dan sebagainya adalah kebiasaan negeri
neraka sedangkan kebiasaan berbagi, sedekah, beramal ikhlas, berbuat baik,
adalah kebiasaan kampung surga. Tinggal merefleksi diri, dengan semua bekal
kebiasaan di kampung dunia, akan ke manakah tujuan pulang kampung kelak?
Bukankah demikian sederhananya?`
Kitab Kematian lengkap versi digital dapat diperoleh di:
Posting Komentar untuk "Mencita-citakan Kematian yang Baik: 12. Pulang Kampung"