[Manuskrip Puisi] Napas Kita Bertuliskan Cinta
Ada Apa antara Diriku dengan Tuhan?
seringkali aku
menjajah Tuhan
untuk
mengabulkan doa-doa
memenuhi
sesamudera keinginanku
emang Tuhan
pembantuku?
seringkali aku
melempar banyak pertanyaan
seolah Tuhan
petugas menjawab permasalahanku
Tuhan maha gaib
maha halus
mengapa kasar
sekali bahasa batinku?
sahabat saja
bukan
apalagi kekasih
makhluk saja
bukan
apalagi hamba
berani beraninya
aku mendikteMu
Tuhan ….
Malang, 15 Oktober 2020
Alam yang Beradab
Memahami
perjalanan air
Perjalanan
panjang warga bumi ke warga langit
Kemudian ia
diberi nama hujan
Hujan
sebenarnya adalah perilaku air
Perilaku
kebaikan semesta
Yang di
atas tanah yang di langit dan yang di antara keduanya
airlah yang
membersihkan menyucikannya
Laksana
laut menelan segala racun kekotoran dan kegetiran
Kemudian
mengembalikannya menjadi kebaikan embun dan hujan
Mengisi
sumur dan sungai-sungai membunuh dahaga
Ia pun
membasuh udara agar sama kita hirup
Ia pula
yang menyirami tanah yang kita berdiri dan ditanam
Dan
menumbuhkan makanan kemudian kita kembalikan ke tanah
Mereka tak
sedikit pun mengeluh
Sungguh
adab yang luar biasa
Mereka alam
besar
Badan kita
alam kecil
Tinggal
menyamakan frekuensi
Sebagai
bentuk penghormatan kepada sang kakak
Malang, 23 Maret 2020
Kesasar dalam Pikiran
Kesasar di
hutan di jalan di kota sudah jamak
Tapi
kesasar dalam pikiran merusak kemanusiaan
Betapa
banyak orang menafsir Pancasila
Terlindas
hatinya tinggal kepala
Atau
kepalanya tertebas menggilinding
Hatinya digondol anjing
Sungguh
luar biasa banyak orang menafsir tentang en
ka er i
Menjadi
tanah dan sia-sia
Begitu
banyak pula orang menafsir tentang surga bahkan mengaplingnya
Tersesat di
kedalaman neraka
Itulah
gunanya letak dahi lebih tinggi daripada mulut
Letak hati
di atas perut
Yang
sungguh kebenaran adalah
Kuburanmu
di bawah bendera merah putih
Malang, 25 Desember 2020
Nama dan Bayang-Bayang
Dalam kitab
samawi
Tuhan
menyebut bayang-bayang manusia
Begitu
penting beberapa kali
Sebuah
tanda bahwa yang hakiki
Kepunyaan
manusia hanyalah bayang-bayang
Dan satu
nama di batu nisan
Hiruk-pikuk
zaman
Tak setiap
detik pun terhindar dari bayang-bayang
Alam bayang
tampak nyata
Maya
terpikir nyata
Yang tidak
dicipta Tuhan
Tapi
berasal dariNya adalah hidup
Ketika
tinggal bayang-bayang dan nama
Hidup itu
di dalam Tuhan
Maka
memelihara gerak
Tepat tetap
dalam sujud
Jadi utama
dalam kepulangan
Malang, 25 Desember 2020
Manifesto el Culture
Manisfes,
Lekra, Jassin, Palu arit, darah, Soekarno
Adalah
tentang peradaban kebudayaan
Catatan
kesusastraan
Setuju tak
setuju sekarang sudah abu-abu
Bahkan
makin terang warnanya
Kiri dan
kanan adalah langkah kaki sejarah
Yang terus
berlangsung bergerak menggulung waktu
‘aku anak
PKI’ sudah tidak tabu lidah
Apakah
sastra tidak lagi memiliki penjara?
Atau
membiarkannya karena berdirinya peradaban di atas dua kaki?
Malang, 25 Desember 2020
Belajar pada Malam
Belajar
pada malam
Mengolah
nuraninya melahirkan embun
Yang indah
sejuk dan berkilau
Malam itu
hidup dan bergerak
Kegulitaannya
kesenyapannya melahirkan sejarah
Yang
dikemas dalam embun
Begitu
sederhana tapi begitu dalam
Cita-cita
malam bukan mencipta hujan
Walau dari
air yang sama
Ia berbeda
sama sekali
Malang, 20 Juli 2020
Di
dalam Diriku
Di dalam
diriku
Yang Di
dalam diriku
Bersembunyi
aku yang sebenarnya
Iya
bertopeng agar tidak diketahui
Bahkan
dariku
Malang, 4 Februari 2020
Napas adalah Jembatan Rasa
bernapas
sama dengan hidup
tidak
bernapas sama dengan tidak hidup
bernapas
dengan baik sama dengan hidup baik
bernapas
tidak disadari sama dengan tidak ada
bernapas
panjang sama dengan hidup lebih panjang
bernapas
pendek pendek hidup akan lebih singkat
ketika dada
terasa berat
napas
panjang meringankannya
Malang, 14 Oktober 2020
Sakaratul Pancasila
Hiiip
Hiiiiip
Hiiiiiiip
Hip pip hip
Hip pip hip
Hip hip hip
pip pip
Hip hip hip
pip pip
Hip hip pip
pip
Hip piip
piiip
Hip piip
piiip
Malang, 23 Juli 2020
Sumbu Cinta
Api menyala pada sumbu lampu pada
sukma
Senyum mengulum ketika api tegak
menari
Gelisah menerkam ketika angin
mengkhianati api
Tangis meraung ketika api tetiba mati
Cinta itu diminyaki waktu
Teruslah tidur mimpimu akan panjang
cerita
Api itu menyala menjaga lelapmu
Datanglah kau dalam mimpi
Takkan pernah salah jalan
Dosa pun takkan dihitung dalam kitab cahaya
Pelangi pelangi ciptaan Tuhan
Kusentuh ekormu kau melenyap
Kutangkap ubunmu kau juga lenyap
Pelangi mengunyah kata
Berdiam menayangkan makna
Pelangi mencium embun seriang
matahari mengecup daun
Memuji senyumnya sendiri
Pelangi memunggungi langit
Menjarah selendang aneka warna
Pelangi kukatakan padamu
Sebenarnya kamu itu semu seperti
wajah kekasih
Seperti cinta yang waspada
Raih tanganku pelangi
Lingkari tubuhku dengan lengkungmu
Kita berbagi napas saling hirup
Kita berbagi panas mengenyah beku
Dekatkan rapatku lebih erat
Diam, jangan berkata apa pun
Dengarkan, yah dengarkan saja
Hati kita berbincang memamah cinta
Biar nyata ia dalam hening
Pelangi itu bebutir air yang bercumbu
Basah bibir mengulum satu namamu
Kulit air saling bersentuh
Mengeja cinta dalam desah rindu
Rindu pun mencair
Menyatukan tubuh dalam panas berbara cinta
Aku itu api
Api itu berminyak rindu
Aku itu pelangi
Pelangi itu air
Air itu aku
Air itu cinta
Rindu mendidihkannya
Malang, 23 Maret 2020
Napas Kita Bertuliskan Cinta
Jeritan gunung rindu belaian awan
Bumi kering mengenang tetesan hujan
Kicau burung bertukar tangis
Sendi-sendi negeri siap runtuh
Ibu yang ceria tampak menua ribuan tahun
Kibaran bendera menyisakan sedikit putih
Senjata yang terkenal kejam membunuh
Lumpuh kehilangan logam
Musim memanen nyawa
Seperti merenggut hutan dengan api
Aku terpilih dalam keberuntungan
Termasuk juga kau
Napas kita masih utuh saling hirup dari jauh
Kahanan belum memberi
waktu
Membaca cinta pada wajahmu
Kursi taman itu menunggu kita sentuh
Inginkan bulan pada sabit matamu
Senyum pagi
pada lembar hari
Mengundang sayup melewati tirai pada jendela
Semua rela berdamai dengan semesta
Ketika kita berbincang di beranda
Ada sayap di atas kepala
Diam tak berkepak sengaja memayungi
Ternyata sayap itu napas kita bertuliskan cinta
Pertalian yang kita hembuskan menjadi malaikat
Setia menurunkan embun pada daun mimpi
Ketika bulan benar purnama
Bintang-bintang berkelip di Timur
Mari kita bercermin lagi di kolam itu
Disaksikan sepasang angsa berbulan madu
Sebelum saat itu tiba
Satu-satunya kekuatan yang sanggup menghibur
Adalah yakin bahwa Tuhan tak pernah tidur
Malang, 28 Juni 2020
Connecting Space
Ada dua
orang sahabat yang selalu mengingatkan
Kau ditakdirkan selalu dalam perjalanan
Maka jangan lupa ucapkan salam
Kepada mereka yang tak tampak
Dari titik awal keberangkatan
Hingga tujuan perjalanan
Mereka akan menjawab dengan lebih baik
Dan ketika tiba saatnya mereka
Bosan dengan membalas salammu
Mereka akan menyuruhmu berhenti
Menetap di mana titik yang kau inginkan
Karena alam mereka
Dan alam kita
Sebenarnya tetap terhubung dengan baik
Malang, 13 September 2020
Ibu
Bumi Bapa Angkasa
Shakti
Shakti
Shakti
Akasha
Liqa’i lingga wawa yoni
Persaksian semesta
Tanah air angin api
Persaksian empat yang luhur
Terlisan terbatin
Persaksian dua tapi satu
Shakti
Shakti
Shakti
Akasha
Badan
Shakti akasha jagat kecil
Semesta
Shakti akasha jagat besar
Pasangan kecil besar
Menunjuk ketunggalan
Shakti akasha
Ibu bumi bapa angkasa
Satu
Manuggal
Wujud
Malang, 13 September 2020
Dua Alam
Humus
Top and subsoil
Weathered rock fragments
Bedrock
Lapisan
tanah
Epidermis
Dermis
Subcutaneous tissue
Muscle
Lapisan
kulit
Dua alam
dalam satu semesta
Satu alam
dalam masa permulaan
Tanah sakit
Seluruh
alam sakit
Malang, 13 September 2020
Kita adalah Garis Tegak
Otak di
kepala
Terbit
tinggi menjadi matahari
Kedua mata
ini
Adalah
bintang penunjuk arah
Jantung
yang berdegub serupa suara udara
Detak dan
suara mejadi tanda kehayatan
Dan
pendengaran
Air yang
mengalir gemericiknya menjadi hasrat
Menjadi darah
mengitari keluasan bentuk dan gerak
Menjadi
cipta mengisi ruang semesta
Kulit dan
daging layaknya tanah yang rendah
Dijunjung
dengan bijak
Tempat
semua salam penghormatan kembali
Rasa ibarat
cakrawala
Pemisah dua
dunia yang tampak satu
Kita adalah
garis tegak yang berpijak pada lintangan cakrawala
Malang, 13 September 2020
Penghubung yang Baik
Ingatan:
penghubung yang baik
Antara dua
masa di belakang dan kemudian
Menunjukkan
bahwa hari ini kita masih hidup
Napas: yang
keluar masuk
Penghubung
yang baik antara yang hidup dan yang mati
Sekaligus
dalam satu lelaku
Pandangan
dan pendengaran: penghubung yang baik
Antara dua
ruang dan waktu yang terhalang
Penghubung
sejati keduanya
: karsa dan
cipta
Malang, 13 September 2020
Di Bawah Pohon Nonggal
Sarung kotak-kotak
Peci
Dan tatapan
nol menyapu bukit
Cinka
berjemur di keteduhan
Menuntut
tuhannya
Mengembalikan
segenggam
Tanah
leluhur
Menyandari
pohon Nonggal
Serasa
dipeluk pencipta
Menyatakan
bahasa kemesraan
Pilih aku
atau pohon ini, Tuhan
Ia memilih
pohon Nonggal
Cinka
terputus urat batangnya
Dengan mata
clurit mengerling ke pohon di atas bukit itu
Sumenep, 15
September 2019
Peng
Peng
Pasir
menyimak bisik
Angin
menyibak rambut pirang
Bola umbi tertutup
parutan keju
Bibir merah
memuja pantai
Zikir
nelayan merindu ikan
Peng
Adukan pada
Tuhan
Angin telah
melambungkan doa
Jangan
tertolak musim
Terbawa
hujan
Kembali
pada pantai
Peng
Pada pasir
itu ada guratan
Pesan cinta
tersembunyi
Dari sang
solo
Memuja peng
Sumenep, 15 September 2019
Damar Kambang
Bang kakambang ngambang
Mar dari samar abinar
Sumbu lampu
menyala bersama doa
Sukma
kepada api
Senyum
mengulum ketika api tegak menari
Gelisah
menerkam ketika api kejab-kejab
Tangis
meraung ketika api tetiba mati
Bang kakambang ngambang
Mar dari samar abinar
Salamet
Sumenep, 16 September 2019
Nyemonyean
Kowaaak
Sapa mate
Dangdang se
tao
Kukkurunooo’
Sapa
ngandung
Ajam se tao
Tekkooo’
Sapa se
molja ban se apes
Tekko’ se tao
Seppe
Pangeran
ngongngang ate
Aba’ se tao
Sumenep, 16 September 2019
Kalambu
Laju
Kalambu
Laju ketika
tertutur kepada orang
Ma’ padhana
Kalambu Laju!
Remuk
hatinya
Tapi
ketahuilah Kalambu Laju itu
Bukan
sekedar tutur
Itu adalah simbol dan warisan para tetua
Ia masih
jadi pasangan jendela di roma pamoleyan
Kalambu
Laju yang menyimpan kenangan
Yang renta
pernah muda
Pernah
mengalir cinta di darahnya
Titik darah
menghitam mengering itu saksi
Jari janda
perang tertusuk jarum
Ketika menjahitnya
dengan cucuran air mata
Kalambu
Laju bukan sekadar selambu
Ia layar
kenangan yang bisa disaksikan antar generasi
Bahwa
cintanya kepada negara dan Madura luar biasa
Kalambu
Laju menari dirayu angin
Ia
bercerita
Kita tak
paham
Sumenep, 3 Oktober 2019
Nyabis
Bis
Nyabisa
Mil
Pacomil
Llah
Dha' Allah
Almuhallahammad
Nyabis
Malang, 24 September 2019
Adhingdhang Adha’dhing Adhangdhang
Ja’
adhingdhang tengnga lorong
Gi’ arajaan
ebbes
Ja’
adha’dhing tengnga taneyan
Ta’ kabbi oreng
soka tabbuwan
Ja’
adhangdhang e ata’
Mi’ ebeddil
so oreng
Aguli
saparlona
Alesan ja’
samettona
Kalodhu’
Tapet
Gandu’
Le mekkar
kembangnga
Asre atena
Malang, 24 September 2019
Emak Kancil
Ini tentang
emak kancil
Yang
otaknya otak monyet
Hatinya
batu akik Satam
Emak kancil
membangun peradaban
Kerajaan
kancil berotak monyet
Badannya
tak sanggup
Menahan tua
keladi
Ia harus
tetap ada
Walaupun
dalam kalangan binatang
Ia tak
memiliki jenis apa pun
Agar nama
palsunya abadi
Si anak kancil
berotak monyet
Diperatukan
Diberinya
singgasana dari jerami
Bertahta di
atas tungku arang
Ia ingin
makan dari kemaluan
Dan daging
anaknya sendiri
Agar
perutnya stabil
Hey, emak
kancil
Ketika
hujan turun
aroma tanah
menyeruap
yang tanah kembali
ke tanah
Sumenep, 8 Oktober 2019
Pelangi
Pelangi
pelangi ciptaan Tuhan
hey,
pelangi warni-warni
kusentuh
ekormu
kau
melenyap
kutangkap
kepalamu
kau juga
lenyap
pelangi
mengunyah kata
berdiam
tak berarti
tak bicara
pelangi
mencium daun
tampak
riang
memuji
senyum sendiri
pelangi
memunggungi langit
menjarah
selendang Tuhan
pelangi
kukatan padamu
Sebenarnya
kamu itu semu
Sumenep, 8 Oktober 2019
Bercumbunya
Air
Air napas
kaca keringat
Garis
cahaya air matahari
Uap air
desah gemercik
Butir-butir
air bercumbu
Basah bibir
air mengulum
Rambut
mengalir akar air
Tatapan air
meliar
Jam air
berdetak singkat
Air
mengesan cumbu
Kulit air
saling bersentuh
Mengeja
desah tentang air
Panas tubuh
menyeka air
Aroma air
melambungkan dengus
Tetesan
seka memerah surga
Air
bercinta
Cinta pun
berair
Menyatulah
tubuh air dalam hanyut
Aku air itu
Sumenep, 13 Oktober 2019
Penjual Kembang
Seorang
penjual kembang kuburan
Di tanah
Sama’an
Orang sini
katanya
Bunganya
laris terbeli
Menghiasi
batu-batu penanda berukir
Sebelum
layu dan kerontang
Setelah
peziarah pulang
Penjual
kembang memungutnya kembali
Didasar
ulang layaknya bunga baru
Dijual lagi
Ya, dijual
lagi
Hei,
perempuan penjual kembang
Bagaimana
kau merampasnya
Dari
seseorang yang telah mati
Apa saja
isi perutmu bila kembang yang kaucuri
Juga
tersepelekan
Kita hanya
mencoba menghormati yang hidup
Yang datang
kepada yang mati
Hei, yang
menunggu kematian
Apakah kamu
diam saja di dalam tanah kelak
Ketika
seseorang merebut kembang hiasan nisanmu
Tak ada
yang tersisa dari kita
Hanya nama
di batu nisan itu
Malang, 2 Mei 2020
Kesunyian
yang Bening
Bukankah
dalam gelap lebih bising dari terang
Sunyi hanya
ada pada benderang
Sepi pun
hanya terjadi pada malam
Senyap
menyelimuti pada kata yang tak tuntas
Hati lebih
sunyi dari pasar yang ditinggalkan api
Hati juga
lebih sepi dari gulitanya malam
Hati yang
sunyi yang sepi lebih senyap dari kebisuan
Genderang
di langit ditabuh oleh awan
Gemerincing
logam di tanah terbuat dari tetesan hujan
Gemuruh
pada perut adalah angin kecemasan
Riuhkan
sunyi
Ada gelas
bernama jantung
Berisi nama
sifat dan wajah cahaya
Kebeningannya
menjadi kesunyian
Dalam
kesunyian itu ia ada
Malang, 3 Mei 2020
Aku Melihat Bulan pada Sabit Matamu
Aku melihat
bulan pada sabit matamu
Wajahmu
melangit menyimpam bintang ketulusan
Tak ada
mendung atau awan
Yang ada
hanya senyum matahari walaupun malam
Tirai pada
jendela kehidupan
Tak pernah
ditutup atau takut kehilangan
Semua
berdamai dengan semesta
Kita
berbincang di beranda
Merayu
angin agar tak menikam
Ada sayap
di atas kepala
Diam tak
berkepak sedang memayungi sesuatu
Eh,
ternyata sayap itu bentukan nafas kita
Sungguh aku
terpana
Pertalian
yang kita hembusankan menjadi malaikat
Semua harus
berdamai dengan mereka
Ketika
bulan benar purnama
Mari kita
bercermin
Malang, 3 Mei 2020
Air Itu Hidup
Beku cair hanyut larung renang riak ombak
gelombang gelembung gemericik embun uap mendidih menguap dingin panas lembab
keruh bening berwarna datar berbusa
mengalir licin hulu hilir memercik keciprat rintik menetes meresap bandang
banjir sungai laut samudera pasang surut muara selat palung cermin najis suci
memadat pekat encer kental kristal hujan tawar salju segar oksigen hidrogen
minum memasak mencuci mandi bocor rembes kencing ludah airmata mani darah getah
nanah semua tentang air
Semua tentang air adalah semua tentang rasa
Malang, 3 Mei 2020
Daun
Pun Memiliki Alasan Keberadaannya
Daun di
atas mobil
Selembar
uban di tengah buku
Permen
karet dalam sepatu
Burung
diburu senapan
Sandal pak
menteri tertinggal di pasar
Uang logam
berbincang dengan gincu
Sebutir
nasi dipanggul seekor semut
Kaca mata
semeja dengan segelas susu
Perempuan
bermenung di atas genteng
Kanthil
dikunyah dukun
Sendok
bermain pasir
Sepucuk
surat di bawah becak
Puntung
berjejer dengan peluru
Kaki anak
bertemu pantai
Bintang di
dalam kolam
Seekor
katak menelan cincin
Aku bertemu dia
Tanpa Judul
Daun mobil
uban buku permen karet sepatu burung senapan sandal pasar uang logam gincu
sebutir nasi semut kaca mata segelas susu perempuan genteng kanthil dukun sendok pasir sepucuk surat
becak puntung peluru kaki anak pantai bintang kolam seekor katak cincin aku dia
Semua
memiliki alasan atas keberadaannya
Malang, 4 Mei 2020
Aku Hidup Tigakali
Kemarin aku
duduk di situ
Hari ini
tidak ada lagi
Mungkin
besok kutemukan diriku
Duduk di
tempat itu lagi
Bukankah
yang kemarin duduk di situ aku?
Bukankah hari
ini yang tidak lagi duduk di situ juga aku?
Mungkinkah
besok yang akan duduk di tempat itu lagi aku aku juga?
Ada apa
dengan waktu?
Malang, 4 Mei 2020
Kuburan
Ruh
Kuburan
kuburan di luar tubuh
Jadi
pemakaman bangkai
Kuburan
kuburan di dalam tubuh
Inilah
pemakaman ruh
Aku
menengok ke dalam
Kutemukan
Firaun bahkan Dajjal
Kadang
kujumpai pula dewa dan malaikat
Tak lupa
para leluhur mengambil tempat
Tak jarang
seisi kebun binatang hadir di dalamnya
Tubuh ini
seperti botol ajaib
Atau
layaknya terminal berbagai jenis penumpang
Ada yang
bertengger
Menunggangi
Menarik
kekang kendali
Semoga
selamat
Satu
keyakinan
Aku pasti
pulang ke rumah tanpa tersesat
Malang, 5 Mei 2020
Kesaksian Batu
Ketika
bertanya pada batu
Akankah ia
mengeluarkan sepatah kata?
Tidak
Ia telah
berjanji bungkam kepada Tuhan
Jangan
pernah menanyakannya
Ada saat ia
akan berbicara
Bahkan
lebih banyak dari yang sanggup manusia katakan
Ia akan
menyampaikan kesaksian
Yang
membuat manusia terluka hatinya
Takut
melebihi hantu kematian
Batu
tolonglah ketika kelak kaubicara
Jangan
terlalu jujur
Malang, 5 Mei 2020
TUHAN TAK TIDUR
Ada
lengking dari gunung
Yang
disenyapkan oleh duka
Bumi
menyimpan ratapan
Tersembunyi
paling dalam dari duga
Kicau
burung bertukar tangis
Menggarami
sakit
Negeri ini
dihajar habis
Sendi-sendinya
siap runtuh
Ibu yang
ceria tampak menua beribu tahun
Kibaran
bendera menguasakan merah dan sedikit putih
Senjata
yang terkenal kejam membunuhi
Lumpuh tak
bertulang
Ada yang
lebih kuat mengambil nyawa
Seperti
memanen hutan dengan api
Satu-satunya
kekuatan adalah pasrah
Pilihan
yang sanggup menghibur adalah yakin
Bahwa Tuhan
tak tidur
Malang, 5 Mei 2020
Buku Kehidupan
Hidup itu
mengarungi tiap huruf pada lembaran buku
Nyawa mengejanya
menjadi kata mencoba menemukan makna
Melintasi
barisan huruf tak semudah mengikuti garis
Butuh
benturan sebelum mencapai titik
Tiap kata
ada ruang menganga
Antar
kalimat ada kekosongan membentang menjadi jurang
Pada ruang
yang menganga itu
Pada
kekosongan yang membentang itu
Diri
terjebak tercetak menjadi iblis
Sungguh
kasihan nyawa yang tertitip pada kunang-kunang
Hanya
uluran tangan harapan satu-satunya
Tiba di
huruf berikutnya dengan selamat
Hanya
tangannya
Hanya dia
Hanya ia
Malang, 6 Mei 2020
Batu-Batu Tak Ingin Ke Surga
Ikan-ikan
merenangi gurun
Kaki-kaki
menjejak langit
Burung-burung
membuang sayapnya
Manusia
menelan keraguan
Batu-batu
meneteskan kesedihan
Menyaksikan
Musa menganggap gunung itu Tuhan
Pun sama
Ibrahim juga mengira bintang itu sesembahan
Cahaya
menerangi tapi zaman makin mundur
Tuhan-tuhan
diciptakan dari semen
Hewan pun
diputuskan untuk disembah
Ikan-ikan
tak kembali pada laut
Kaki-kaki
menjadi kepala
Burung-burung
memakai tongkat
Manusia
makin yakin akan rupa
Batu-batu
tak ingin ke surga
Malang, 7 Mei 2020
Bawa Abadi
Dari mana
kau belajar meluluhkan hati
Hati ini
melampaui batu lebih keras dari baja
Bagaimana
senyummu mampu melubangi
Bagaimana
sentuhanmu melekatkan aroma bunga
Bagaimana
tatapanmu menguras kegelisan menjadi rindu
Pantulan
cahaya dari pipimu menceriakanku
Genggamanmu
adalah pesona kemuliaan
Tentangmu
hanya kebaikan
Semua
memberi bekas yang hanya bisa dibawa abadi
Ini wajahku
Ini
tanganku
Ini hatiku
Bawa abadi
seperti cahaya mengikuti matahari
Malang, 7 Mei 2020
Sayap-Sayap Cahaya
Sebuah
alunan nada berketukan lebih lambat dari detak jantung
Mengiris
malam menjatuhkan bintang-bintang
Ibu
berselimut tebal menelan cahayanya
Menutup
semua lubang prasangka keberadaan
Seekor
burung besar sangat terang membentangkan sayap
Malam
menjadi siang tanpa menguapkan samudera
Cahaya-cahaya
kecil berlesatan ke arahnya
Berlindung
di balik sayap menyatukan warna
Kuraih
kakinya kupeluk
Tak sanggup
kutahan tangis
Air mata
cahaya meminyaki bulunya menjadi lebih kilau
Malang, 7 Mei 2020
Inilah Itu
Inilah
pandemi yang sebenarnya
Mengelupas
keyakinan dari kulit jantung
Memotong
tangan-tangan kemesraan
Menutup
senyum kasih sayang
Menggatinya
dengan sorotan ketakutan
Merampas
wajah
Layar senda
gurau digulung
Sepasang
cangkir kopi panas
Telah lama
tertelungkup
Ibu menua
lebih cepat
Matahari
berpaling dari kerutan dimukanya
Semua
menarik diri menjauhi rumah-rumah
Berdiam
dalam kuburan
Aku
bersaksi tahun ini begitu pahit
Aku meneguk
harapan agar tak berprasangka
Malang, 7 Mei 2020
Posting Komentar untuk "[Manuskrip Puisi] Napas Kita Bertuliskan Cinta"