Kekuatan Cinta Bucin Anak SMA
Ngerjakan Pe-er, sudah. Ngisi diary, sudah. Bikin puisi buat doi, sudah. Apa lagi? Makan malam, malah tadi! Solat, sudah. Apalagi yang belum? O iya, yang belum, pamit tidur sama papa mama dan bilang goodnight. Tapi itu sih kerjaan orang-orang bule! Mirakan anak Indonesia! Mau tidur, ya tidur saja. Baca doa, merem, hilang deh! O ya, ada yang lupa lagi. Matikan lampu. Biar hemat energi. Klik!
Suatu pagi, Mira jalan-jalan ke taman kota, tapi sepi. Habis pagi-pagi betul dia ke sana. Sungguh nikmat pemandangan
pagi. Hatinya jadi berharap ketemu si jantung hati. Disebutnya nama doi terus
biar tergetar hatinya. Paling sedikit yaa bersin! Hehehe.
Tapi apa betul kedekatan hati bisa mengontak
hati kekasih? Apa benar power of love bisa mengubah segala-galanya? Apa di sana
doi merasa bahwa Mira merindukannya bahkan mengharap kehadirannya?
Nyatanya iya. Si jantung hati muncul membawa
bunga. Kembang sepatu.
"Kok bunga ini?"
"Mana enak dengan kamboja? Mana enak
nggak bawa sama sekali?"
"Iya deh!"
"Kamu ngapain di sini?" Tanya doi.
"Kamu ngapain?"
"Nyari kamu!"
"Kok tahu aku di sini?"
"Perasaan!"
"Kamu?"
"Saaama. Nyari kamu!"
"Kok tahu aku bakal ke mari?"
"Perasaan juga!" (Perasaan ni yee?)
Bunga yang tak ada baunya -nggak harum itu-
diselipkan ke telinga Mira. Mira tersenyum. Doi mengangkat dagu Mira sedikit
dengan jari telunjuk.
"Sudah!" .
"Sudah apanya?"
"Sudah manis maksudku!"
"Emang dari dulu!"
"Iya, maksudku tambah manis."
"lyakah?"
"Iya."
"Ma kasih deh, pujiannya."
Habis jalan-jalan muter, mereka duduk. Sebuah
kursi besi berukir warna putih, tersenyum menyambut pantat mereka. Indah.
Bunga-bunga bergoyang. Pucuk-pucuknya berayun. Pohon cemara berdesau ditiup
angin. Burung-burung kecil bemyanyi sambil berkejaran. Ada juga yang nyepi
seperti Mira dan doi. Sungguh romantis pagi itu.
Mira cantik. Senyumnya manis. Rambutnya
pendek seleher. Berkilau-kilau disinari pagi. Pas banget dengan doi. Yang
tampan. Badannya tegap. Rambutnya lurus. Bold and beautiful. Benar-benar
menambah indahnya pagi.
"Mira?" .
. . .
"Hm?"
Hai, doi menggeser tempat duduknya. Mau ngapain dia?
"Mira?" Panggilnya lagi dengan
mesra. Membuat telinga Mira jadi geli.
"Mira?" (apa sih? Mira enggak budek!)
Pas Mira menoleh, satu ciuman mendarat nggak
tepat di pipinya. Tapi kena bibimya. Buuum! jantung
Mira berhenti berdetak. Cuma sebentar. Dan, kembali berdetak dengan sangat
kencang.'
"Mira, Mira, bangun! Udah siang
nih!"
Mira masih senyum-senyum dan masih terpejam.
"Mira!" Teriak mamanya.
Mira membuka mata.
"Ah, Mama!" Mira kecewa.
"Ini lihat, udah jam berapa sekarang?"
Mira ditunjuki beker.
"Astaga!"
Cepat-cepat Mira bangun; mandi. Mau solat
sudah telat. Waktu sudah jam tujuh kurang
seperempat. Jam tujuh kurang lima menit, Mira berangkat
dengan tergopoh-gopoh ke sekolah.
Tiba di pintu sekolah, doinya sudah
menunggu. Dan, puisi yang dibikinnya tadi malam langsung diberikan.
"Aku masuk dulu ya? Telat nih."
Langkah Mira masih cepat.
"Pulangnya sama-sama ya?" Teriak doi.
"Yoi!"
Mira memang telat.
Temannya sudah masuk. Dan, Pak guru muda sudah duduk memulai peiajaran.
"Selamat pagi, Pak."
"Telat, Mira?"
Sudah tahu masih nanya, batin Mira. Habis Mira mangkel banget sama guru
yang satu ini. Genit! Maklum masih bujang. Tapi Mira tak menampakkan
kebenciannya. Nanti nilainya jelek! Biar saja. Biar tidak disuruh berdiri di depan kelas, Mira tersenyum manis.
"Sudah PR-nya?"
"Sudah, Pak."
"Mana?"
Mira mengeluarkan pe-er-nya dan diletakkan
bersama dengan punya teman-temannya.
"Sudah sana, duduk!"
"Makasih, Pak."
"Saya mau mengoreksi PR kalian. Tolong
Imah ke sini!"
Yang bernama Imah, sekretaris kelas, maju.
"Tolong ini tuliskan di papan, biar
dicatat oleh teman- temanmu!"
"Baik, Pak."
Pak Tom mulai mengoreksi makalah itu satu-satu. Kebetulan yang pertama diperiksa adalah milik Si
Mira. Baru saja membacanya, Pak Tom tersenyum-senyum. Sesekali menatap Mira.
Pak Tom manggut-manggut. Matanya jadi sayu.
Hiii? Mira jadi ngeri kalau pas melihat Pak
Tom begitu. Mau apa sih dia? Melihat Pak Tom begitu, teman-teman Mira jadi
berbisik-bisik. Dan, yang tadinya cuma
bisik-bisik, malah jadi berisik.
"Mir, liat tuh!"
"Biar aja, nanti juga bosen."
"Kayaknya nggak bakalan bosen deh,
Mir!"
"Mir?" Panggil PakTom.
"lya, Pak," sahut Mira.
"Nanti temui saya di ruang guru,
ya?"
"Baik Pak."
"Cihuuuy!" Teriak teman-teman
menyoraki Pak Tom.
Bel istirahat, Mira langsung ke ruang guru
menemui Pak Tom.
"Ada apa, Pak?"
"Ini kamu yang bikin?"
"lya Pak!"
"Ini untuk saya?"
"lya. Kan Bapak yang bikin PR?"
Pak Tom manggut-manggut senang.
"Memang kenapa, Pak?"
"Kamu memang pintar; kamu paling bisa
memilih kata-kata yang bagus. Aku suka!"
"Maksud Bapak?" Mira jadi tak mengerti.
"Coba dengar... bila kamu jauh dari
dekatku...,"
"Sebentar Pak, sebentar Pak!" Mira
langsung mencabut lembaran yang dipegang Pak Tom.
"Lho. kok?"
"Maaf Pak. Saya keliru. Ini buat pacar saya. PR saya tertukar dengan
ini. Maaf Pak?" .
"Bukan untuk saya?"
"Yeee, bukan Pak!" (rasain lu!)
Kembali Pak Tom manggut-manggut. Kali ini
bukan manggut senang. Tapi kecewa!
"Hmm, lalu mana PR kamu?"
"Oya, sebentar Pak ya?"
Sementara Pak Tom kecewa, Mira yang tak tahu
sebelumnya bahwa pe-ernya tertukar dengan puisinya, jadi girang. Habis guru
yang kemarin-kemarin sering membuat mangkel, sekarang kena batunya. Dia
langsung mabur dari ruang guru ke kelas doi-nya.
"Permisi Pak."
"Silakan!"
"Saya ada perlu sama Dadang Pak,
sebentar!"
"Silakan!"
Mira langsung mendekati bangku Dadang.
"Ada apa?" Bisik Dadang.
"Mana yang tadi?"
"Kok?"
"Mana?!"
Mira langsung mencabutnya dari tangan Dadang sebelum pertanyaan Dadang dijawabnya.
"Memang kenapa?" Tanya Dadang lagi.
"Nanti aja pulangnya. Okey?"
Dadang cuma bisa bengong. Jadi kelihatan deh
begonya.
Pulang sekolah, Dadang menunggu di gerbang.
Dan, sesuai dengan janjinya, Mira pulang sama-sama.
"Eh, Mir, katanya kamu mau cerita.
Kenapa tadi kamu...?"
"lya iya!"
Mira pun mendongeng dari A sampai Z. Termasuk punya kasus dengar Pak Tom.
"Ha... ha... ha...” Dadang jadi ngakak.
Melihat Dadang ngakak begitu, Mira jadi tak tahan juga ingin ngakak. Ngakak deh! Tubuh
Mira terguncang-guncang. Sementara Dadang malah terpingkal-pingkal.
"Mira?" Dadang mesra seperti dalam
mimpi Mira.
"Hm?"
Dadang merapatkan diri ke Mira.
"Nggaaak." Teriak Mira. (cut!!)
Mira lari terbirit-birit sambil terus
teriak-teriak 'nggak'
"Miraa! Tunggu! Nggak kok. Aku cuma
main-main. Aku nggak bakalan gitu sama kamu. Dosa!"
Percuma, Dadang terjak-teriak gitu. Mira sudah sampai di pintu pagarnya dan Dadang mesti menambah langkah belok kanan, pulang.
Posting Komentar untuk "Kekuatan Cinta Bucin Anak SMA"