PROTEIN HIDUP BUKAN IKAN
Oleh:
Moh. Rasul Mauludi
Berbicara
protein, pastilah kita tertuju pada hewan yang namanya ikan, sebab lebih mudah
dikenal dan sering menjadi konsumsi keseharian. Meskipun, banyak selain ikan
yang mengandung (bukan menghamili) protein. Maaf, dalam kurung hanya ingin
menggambarkan isu dunia maya tentang hamil menghamili dan hubungan bebas menuju
kehamilan.
Kembali
pada sebuah protein yang banyak dihasilkan oleh ikan. Dengan protein yang
tinggi, tentunya tidak sampai pada lemak berlebihan dan kolestrol, sangat
membantu daya tahan tubuh pada kesehatan. Bahkan ada yang mengatakan bisa membantu
kecerdasan manusia. Namun, kecerdasan tidak semata-mata karena asupan protein
yang tinggi. Kecerdasan butuh penyatuan satu kesatuan dalam diri manusia.
Bila
kecerdasan diukur dengan banyaknya protein, maka yang sering mengkonsumsi ikan bisa
lebih cerdas dari jarang atau tidak pernah mengkonsumsi ikan. Bisa jadi semua yang
hidup di pesisir akan lebih cerdas dari yang tidak hidup di pesisir. Namun, sampai
di sini, protein bisa mencerdaskan mungkin terbantahkan.
Manusia
butuh protein untuk menyehatkan dan menambah gizi dalam kehidupannya. Protein
itu sendiri bukan satu-satunya harus ikan dan sejenisnya. Menyehatkan jiwa dan
raga sangat perlu, bahkan sangat dianjurkan. Karena, pada raga yang sehat
terdapat jiwa yang sehat. Akan tetapi, terkadang, pada jiwa yang sehat, tidak
sepenuhnya pada raga yang sehat.
Protein
hidup bukanlah ikan, melainkan bisa diperoleh dan didapatkan dari berbagai
macam sari pati kebaikan, kebenaran, keindahan, dan kebahagiaan. Dengan begitu
bisa terjamin kesehatan jasmani dan rohani.
Empat
sari pati tersebut merupakan keumuman yang penulis tulis, bukan suatu definisi
yang dipatenkan seperti para ahli dan peneliti. Jadi, protein hidup itu ada
pada sari pati yang empat yakni kebaikan, kebenaran, keindahan, dan
kebahagiaan.
Protein
hidup bukan ikan. Boleh dan dianjurkan mengkonsumsi ikan untuk bagian dari
menghindari terlalu banyak konsumsi dengan pengawet dan pabrikan. Seperti
bakar-bakar ikan, makan bersama di warung dengan menu ikan, dan tersedianya
ikan di dapur masing-masing supaya gizi tetap terjaga.
Menulispun
butuh protein, entah bagaimana caranya. Maka, terserah caranya masing-masing
memberi asupan protein pada daya kreativitas menulis. Semoga protein itu
menjadi selera yang menggairahkan sehingga tetap bersemangat berkarya.
Posting Komentar untuk "PROTEIN HIDUP BUKAN IKAN"