Contextual Learning dengan Virtual Reality
Yang terdekat dengan anak-anak perkotaan, lebih-lebih sejak pandemi tahun lalu adalah hape. Selain sangat dekat dengan hape yang paling sering menemani mereka adalah aplikasi game android. Ketika ada guru yang menyentil soal game, para murid sangat antusias dan bergairah. Berbeda iklim dengan ketika guru membahas hal yang mereka anggap biasa seperti materi pembelajaran apalagi Matematika.
Jarak
antara guru dan murid, jarak murid dengan masyarakat, telah mendekatkan mereka
lebih dalam dengan hape dan aplikasi game. Ketika mulai pelaksanaan
pembelajaran tatap muka, magnet tangan mereka sangat tampak tersedot ke arah
hape. Beberapa guru juga sudah terbiasa menggunakan media sosial, jejaring
internet, saat mengajar bahkan beberapa tugas dan penilaian sudah sangat
terbiasa dilakukan secara daring (dalam jaringan).
Ketika
terjadi pembelajaran tatap muka terbatas dan bertahap, guru mulai menanyakan
kegiatan-kegiatan yang murid lakukan di rumah. Hampir semua menyatakan bahwa
mereka bermain game.
Waktu sekitar
dua tahun dalam pembelajaran daring membuat mereka tak mudah dilepaskan dari
jeratan hape. Sejak bangun hingga tidur lagi, yang pertama kali diraih mereka
adalah hape. Sehubungan dengan dicanangkannya Gerakan Literasi Digital Nasional
oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan dan Ristek seperti perlu ada pendekatan
baru dalam pembelajaran yang dekat dengan anak sedekat game bagi mereka.
Ada beberapa
cetusan gagasan yang mungkin dapat menjadi rujukan program pembelajaran di
kelas. Pendekatan, metode, dan teknik serta teknologi pembelajaran tersebut
tentu menggunakan hape karena hape-lah yang terdekat dengan anak-anak dibanding
dengan guru dan ibu mereka. Beberapa yang bisa ditawarkan antara lain:
Augmented Reality (AR), Virtual Reality (VR), nearpod, broadcast, google classroom,
classdojo, jamboard, dan sebagainya. Intinya, mengarahkan atau memindahkan
seluruh kegiatan siswa dan kelas ke dalam ruang virtual.
Boleh dicoba.
Saya pribadi tertarik dengan VR. Dengan VR guru atau sekolah dapat membangun
sekolah dan kelas virtual yang di dalamnya berisi kegiatan-kegiatan virtual,
tentu dengan menggunakan alat kacamata virtual. Yang pasti kemasan dan
bentuknya semirip game. Pasti anak-anak akan sangat menyukainya.
Secara lebih
luas, guru bekerja sama dengan instansi pemerintah juga membangun
fasilitas-fasilitas sumber belajar virtual seperti museum virtual, perpustakaan
virtual, dan sebagainya. Semakin asyik pembahasan ini. Lebih-lebih ketika ada volunteer
yang bersedia dengan sukarela membuatkan aplikasi tersebut. Kita tunggu saja
progres dari Gerakan Literasi Digital Nasional yang dicanangkan kementerian.
Posting Komentar untuk "Contextual Learning dengan Virtual Reality"