Tidak Semua Burung adalah Emprit
Yah, tidak semua burung adalah emprit. Ada burung gagak,
elang, gereja, dan bahkan garuda (elang purba). Sama halnya dengan murid di
kelas di suatu satuan tingkat pendidikan. Tidak semua mereka berjenis kemampuan
sama. Ada yang bakat menghitung, membaca dan menulis, ada yang bakat berbicara,
ada yang berbakat seni, dan ada yang sangat peka terhadap konten isu-isu
sosial.
Di sekolah mana dan apa pun keadaan tersebut sama. Semua
guru mengalami hal ini. Semua guru menyadari bahwa memang terdapat perbedaan
yang istimewa dari para muridnya. Semisal ketika ada pembelajaran muatan Seni
Budaya dan Prakarya, perbedaan tersebut muncul. Mereka ada yang suka
menggambar, ada yang suka menari, ada yan suka memainkan recorder, pianica, dan
terakhir mereka suka dengan ukulele atau kentrung senar 3.
Apakah guru hanya diam saja melihat mereka setiap hari
bawa kentrung? Apa ia diam saja ketika di kelas tersebut beberapa muridnya
memainkan kentrung dengan nada tidak jelas, asal genjreng? Tentu guru tidak
boleh hanya diam, mengabaikan kesukaan muridnya. Ketika terjadi hal tersebut
guru harus jemput bola. Belajar, mulai dari cara menyetel nada senar, sampai
memainkannya dengan ragam genjrengan.
Guru yang tidak paham sama sekali, tidak ada salahnya
membuka tutorial menyetel nada senar kentrung di internet. Pasti menemukan dan
bisa menyetelnya. Bahkan, ada aplikasi playstore yang bernama ukulele tuner,
khusus untuk menyetel bunyi senar gitar agar standar dan bisa mengeluarkan
bunyi nada yang tepat.
Ketika sudah disetel, guru akhirnya harus belajar
memainkan satu nada ke nada yang lain. Kemudian, memainkan satu lagu dengan
bantuan melihat notasi dari sebuah lagu. Ketika sudah mampu sedikit demi
sedikit, guru pun menularkannya kepada murid. Inilah yang disebut dengan
memberikan hak anak belajar. Bakat pemberian Tuhan harus dilayani dan
dikembangkan agar mereka memiliki kompetensi sesuai dengan bakat dan
kemampuannya.
Apakah Anda guru yang seperti ini? Apakah Anda guru yang
peka atas multi intellegency para
muridnya? Apa yang sudah dilakukan jika Anda termasuk guru yang peka? Apakah
para murid dengan kemampuan yang berbeda itu dapat terlayani kebutuhan
belajarnya? Apakah Anda hanya jenis guru yang menyelesaikan buku dan kurikulum
dan pulang sesuai jam kantor? Kalau Anda pada jenis ini, tidak akan ada gunanya
membaca tulisan ini.
Sebagaimana kemampuan mereka yang berbeda, tentu
kebutuhan mereka juga berbeda. Kebutuhan inilah yang harus benar-benar
terlayani bahkan di luar buku teks yang guru pegang. Para murid itu tidak
selamanya berstatus anak sekolahan. Pada akhirnya mereka harus menunjukkan
eksistensinya di kalangan masyarakat. Mereka harus berjuang dengan bekal dari
guru mereka untuk menjalani kehidupan yang panjang. Saat itulah hasil produk
guru diuji di masyarakat. Apakah ia termasuk guru yang wajib, sunnah, mubah,
atau haram.
Guru yang wajib adalah guru yang kehadirannya
ditunggu-tunggu oleh para muridnya karena banyak asupan gizi bagi mereka
sebagai asupan kehidupan. Kehadirannya memberikan bekas akhlak kepada para
murid sehingga ketika orang lain melihat murid tersebut, mereka tahu bahwa
gurunya adalah si bapak X.
Guru yang sunnah kehadirannya agak kuat, kehadirannya
mampu memberikan pencerahan, tidak hadirnya membuat mereka merasa ada yang kurang
lengkap. Lamat-lamat ada bekasnya kepada para murid. Ketidakhadiran guru jenis
ini sedikit memberikan rasa kesepian dan kehilangan.
Guru yang mubah kehadirannya setengah diharapkan para
murid. Jika guru jenis ini tidak hadir, murid merasa bebas tidak merasa
kehilangan. Guru jenis ini sangat kurang sentuhan emosionalnya dengan para
murid. Begitu pula dengan mereka, mereka tidak begitu akrab seperti akrabnya
anak dengan orang tua.
Sedangkan guru yang haram, kehadirannya tidak diinginkan
para murid. Kehadirannya dianggap bencana bagi mereka. Ketidakhadirannya
dianggap hari raya yang sangat besar. Ia menjadi sosok hantu bagi pikiran murid
layaknya pocong atau gendoruwo bagi mereka. Ia merupakan sumber masalah bagi
kelas dan suasana mental mereka. Para murid mengutuk kehadiran guru jenis ini.
Pada jenis yang manakah Anda sebagai guru? Jika termasuk
pada bagian-bagian akhir, bagaimana seorang guru menjalankan amanah
undang-undang? Apakah jenis guru ini hanya menggugurkan kewajiban dan menerima
bayaran begitu saja? Tanggung jawab moralnya pada bagian apa?
Posting Komentar untuk "Tidak Semua Burung adalah Emprit"