Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sampah Core: Monster Bumi dan Manusia

 


 

 

Dalimin tidak tahu lagi mau menyampaikan aspirasinya ke mana. Ia sudah mendatangi BLH, tapi diusir dan dianggap gila. Ia juga banyak mendatangi komunitas peduli lingkungan, tapi tak banyak membantu. Ia menggedor kepala siapa tahu ada gagasan jitu atau arah ke mana ia harus menghadapkan masalah keresahan bumi ini.

Menurutnya, ini bukan soal sampah plastik atau medis. Memang benar, sampah plastik tak bisa dicerna bumi hingga ribuan tahun, tapi tetap bukan itu sumber masalahnya! Tak ada seorang pun yang tahu dan muncul dalam kepala mereka satu wahyu bahwa sebenarnya ada satu sampah biang. Ia adalah core dari sampah. Ia monster yang sebenarnya. Ia yang menggerogoti bumi dan penghuninya secara kejam. Bahkan, sampah sosial pun berasal dari sampah itu.

“Sebenarnya apa yang kamu temukan, Pi?” Tanya Marni. “Mungkin mami bisa sampaikan melalui PKK bulanan RT!” Lanjutnya.

“Tidak bisa, Mi. Papi tidak bisa menyampaikan. Yang mendengar ini harus orang penting dan punya kuasa mengubah. Ini setingkat presiden, Mi. Makanya Papi ke mana-mana mencari penghubung langsung ke tingkat itu. Papi harus bicara langsung!”

“Sampah apa toh, Pi? Masak urusan sampah saja harus ke presiden! Harusnya kan kita mulai dari bawah, dari masyarakat kecil. Dari rumah kita, tetangga, baru ke masyarakat luas. Insyaallah ibu-ibu PKK akan menyampaikan ke suami-suami mereka kemudian meluas ke lingkungan RT, RW, kelurahan, kecamatan dan Indonesia.”

“Tak bisa, Mi. Papi sudah mendatangi BLH tingkat provinsi, Papi malah dianggap gila! Kalau setingkat itu Papi dianggap gila, bagaimana setingkat RT?”

“Itu kan masih prediksi Papi. Papi kan tidak tahu reaksi mereka? Mereka juga belum tahu sampah core yang Papi temukan. Iya, toh?”

“Tidak bisa, Mi!”

“Pi, gimana kalau kita menggunakan sosial media online? Kita sebar temuan Papi. Pasti akan sampai ke telinga presiden!”

“Wah, ini lagi. Mami tahu, sosmed itu jenis sampah juga! Satu strip di bawah sampah core yang Papi temukan!”

“Kok bisa? Bukankah dengan menggunakan sosmed temuan Papi akan sampai dan didengar presiden?”

“Justru presiden takut Mi dengan sosmed! Ia tidak akan pernah membaca dan mendengar suara rakyat!”

“Kok, bisa? Bahkan ada IG dan FB presiden, lho!”

“Ah, Mami. Tidak smart! Itu kan cuma fiktif!”

“Terus kenapa presiden takut pada sosmed?”

“Sosmed itu besar. Jangkauan masyarakatnya luas. sosmed seperti FB dan IG sudah seperti sebuah negara yang berdiri sendiri. Kekuatannya juga besar! Itu yang membuat presiden negara mana pun takut!”

“Nah, justru itu kita bisa memanfaatkan sosmed untuk menyampaikan temuan Papi!”

“Tak bisa Mi. Hanya akan jadi sampah di medsos. Mami tidak tahu, sih. Sosmed itu seram. Ada pasukan gelapnya!”

“Ya, sudahlah, yang penting Mami sudah kasih saran. Terserah Papi saja! Mulai malam ini Papi tidur di luar!”

Dalimin tidak bereaksi kecewa atau bahagia. Perintah tidur di luar oleh isterinya dianggap sampah juga. Ia tetap fokus bagaimana penemuannya itu dapat direspon oleh negara atau orang yang mempunyai power yang sangat kuat. Tak lama, ia pun tertidur.

Dalam tidurnya ia bermimpi. Sosok presiden negeri ini mendatanginya dengan memanggul sampah. Dalimin tertawa terpingkal-pingkal melihatnya. “Loh, kenapa kamu tertawa? Sudah tidak membantu malah tertawa. Kamu tidak tahu aku seorang presiden?”

“Justru saya tahu anda seorang presiden, makanya saya tertawa!” Dalimin melanjutkan tawanya sambil memegangi perutnya.

“Lho, tertawa lagi. Ini sebuah penghinaan. Apa yang kamu tertawakan?”

“Menurut Bapak itu apa?” Dalimin menunjuk ke arah bahu presiden.

“Sampah!”

 “Bapak yakin sampah itu penyebab sedih dan murkanya bumi?”

“Iya, saya yakin. Makanya kita semua bahu membahu mengelola sampah dengan 3R! Kamu tahu apa itu 3R?”

“Basi Pak!”

“Jawab dulu! Atau kamu saya jebloskan penjara karena menghina presiden!”

“Saya tahu.”

“Iya apa?”

“Bukan itu, saya tahu Bapak berkuasa dan dapat memenjarakan saya! Tapi serius, bukan itu sampah penyebabnya! Dan sampah penyebab itu tak bisa dengan 3R!”

“Ah, kamu sok pintar. Rakyat kecil saja belagu!”

“Serius Pak. Bapak boleh penjarakan saja kalau saya salah!”

“Iya apa? Jangan buat saya marah!”

Beberapa pengawal presiden mendekati Dalimin dengan sangat rapat, tapi kemudian ia memberi kode agar pengawalnya menjauh. “Mengapa harus dibisikkan?”

“Ini terlalu sensitif Pak. Hanya saya yang tahu sampah core ini!”

“Baiklah, sini bisikin saya!”

“Apa? Gila kamu! Kamu sebut itu sampah?” Presiden marah. Pengawalnya segera merapat kembali.

“La, kalau tidak kita sebut sampah terus kita sebut apa?”

Presiden terdiam sambil melenggang sementara para pengawalnya menggebuki Dalimin habis-habisan. Syukur-syukur tidak dipenjarakan.

“Papi, bangun! Papi, Papi!” Dalimin terbangun dengan wajah menahan sakit. Sepertinya pukulan para pengawal itu nyata. Beberapa kedipan mata, ia baru sadar kalau sedang bermimpi. Isterinya memberinya minum kemudian mengajak suaminya tidur di kamar.

Sambil mengelus-elus kepala Dalimin, Marni kembali merayunya agar membuka rahasia tentang sampah core itu. Dalimin tetap tutup mulut sambil sembunyi di ketiak isterinya. Sampai pagi pun, ia tak bicara. Marni pun minta cerai pagi-pagi sebelum ke pasar.

“Why?” Marni hanya diam dan melanjutkan langkahnya keluar sambil merangkul keranjang belanja. Dalimin beranggapan sepulang dari pasar isterinya pasti sembuh.

Ia kembali teringat mimpinya. Ia menilainya. Ternyata setingkat presiden yang mempunyai kekuasan dan kekuatan juga tidak mampu dan menganggapnya gila, pikirnya. Ia berpikir keras seolah kepalanya mengepulkan asap.

Presiden hanya manusia. Sosmed hanya negara. Ia kemudian mendapatkan wahyu, satu-satunya yang lebih besar dan kuasa adalah yutub. Kepalanya seperti lampu yang menyala. Brilliant!

Dalam hal teknologi, ia sangat jadul. Ia perlu bantuan seseorang yang ahli. Ia terpikir anak lelakinya, Joko. Yah, Joko paling pinter utak-atik teknologi. Singkat cerita, persiapan siaran pers melalui yutub pun sudah Joko siapkan. Tinggal memencet tombol REC. Berikut isi pidato Dalimin berjudul ‘Sampah Core Monster Bumi dan Manusia.’

Ia mengawali dengan selamat pagi siang dan malam. Dengan ucapan itu siapa pun yang menonton pada waktu kapan pun dapat tercakup. Kemudian ia sedikit bercerita mengenai kunjungannya ke BLH provinsi dan mimpi bertemu dengan presiden. Keduanya menganggap gila.

“Papi, pembukaannya saja sudah ditonton lima juta orang!” Joko menuliskannya pada selembar kertas dan menunjukkan ke Dalimin. Dalimin makin bersemangat melanjutkan. “Saudara-saudara sebangsa sebumi selangit yang saya cintai. Pasti saudara menyangka saya gila, tapi sungguh ini bukan main-main. Sampah yang anda anggap berbahaya saat ini seperti sampah plastik, sampah elektronik, sampah industri, sampah medis, dan sebangsanya bukanlah sumber keresahan bumi. Semua itu bukan sumber ancaman kehidupan manusia daripada sampah core yang nanti akan saya sampaikan.

Sampah core inilah ibu yang melahirkan semua jenis sampah yang berbahaya tersebut. Sampah core ini yang mampu mengubah manusia menjadi rakus, serakah, jahat, tega, lebih-lebih kepada bumi yang kita cintai bersama.

Dengan banyaknya produksi sampah core ini, bumi sungguh menangis, sungguh menderita. Melalui mediasi yang dilakukan paranormal, bumi telah mengadu kepada Tuhan dan memohon ijin untuk memberikan reaksi kepada manusia. Jangan heran jika di beberapa belahan bumi atau bahkan di negeri ini, kita mengalami banyak bencana. Bumi tidak butuh disogok dengan ruwat atau sesajen sebanyak apa pun. Ia hanya meminta hentikan produksi sampah core itu karena itu sangat melukai badan dan jiwa bumi.

Dalam beberapa sumber dalam agama saya disebutkan bahwa bagaimana bumi menganga ingin mengunyah manusia; bagaimana laut ingin menelan semua kapal dan menyeret manusia di daratan; bagaimana angin ingin menyapu bersih dataran bumi; bagaimana cemeti petir ingin memanggang manusia. Sungguh bumi ini sudah sangat marah.

Apa sampah core yang saya temukan? Sampah itu adalah sperma. Sperma banyak dibuang di mana-mana. Cikal bakal manusia dan kemanusiaan menjadi sampah yang terpaksa bumi dan laut telan. Inilah puncak kemarahan mereka! Ingat jangan anggap saya gila lagi, tapi tolong cari sumber pengetahuan agar dapat memahami apa yang saya sampaikan. Monster bagi ibu pertiwi, ibu bumi ini adalah sperma.

Inilah yang menjadi sumber bencana. Apa anda kira setetes cikal kehidupan itu tidak menjadi monster ketika terbuang? Andai anda bisa melihat dengan mata gaib, anda akan terbelalak sperma-sperma yang terbuang itu telah menjadi musuh dalam kehidupan. Ia bisa menyusup menjadi perilaku serakah, jahat, rakus, dengki, dan sebagainya sehingga muncullah sampah-sampah lain yang menurut kita berbahaya itu bahkan sampah masyarakat.

Temukan, jangan anggap saya gila. Demikian, semoga kita sejak saat ini bisa sedikit mengerem atau berhenti sama sekali membuang sperma sembarangan. Buanglah sperma pada tempat halalnya. Ayo, putus rantai sampah sperma. Sekian terima kasih.

“Wow, yang menonton sudah lima puluh juta, Pi! Berarti aspirasi Papi sudah didengar seperempat penduduk negara!”

“Syukurlah!”


 

 

Posting Komentar untuk "Sampah Core: Monster Bumi dan Manusia"