Penulis Si Peternak Sapi
Setelah namanya melambung dengan Batman Teacher, Widayanti kembali menjadi perhatian publik. Sebagai guru atau penulis, mungkin masih berhubungan karena juga seharusnya menjadi penulis, tapi ketika ia adalah si peternak sapi, pembaca mulai mengernyitkan dahi. Benarkah Widayanti beternak sapi? Hal ini akan dibahas di bagian akhir tulisan ini.
(Reportase S. Herianto)
Batman Teacher adalah salah satu buku pengalamannya menjadi guru di pulau Sepudi, Kabupaten Sumenep. Nama batman berasal dari nama desa yang berada di Kecamatan Gayam yakni Kalowang atau kelelawar (Inggris: bat). Dipilihlah nama tersebut sebagai judul pada buku tersebut dan sempat diterjemahkan dalam dua bahasa yakni Inggris dan Mandarin. Batman Teacher pernah mampir di Cina sebagai oleh-oleh dan kebanggaan guru Indonesia untuk para guru di Cina. Jauh sebelumnya Batman Teacher merupakan karya terbaik, juara dalam sayembara menulis yang diadakan mediaguru. Buku tersebut selain dicetak gratis dalam jumlah besar, berkah secara ekonomi juga diperoleh Widayanti. Buku tersebut tercetak dengan nama penulisnya yakni Widayanti Rose. Keren!
Serah Terima
Cinderamata dari pihak Cina
Ada cerita singkat yang sederhana dari pengambilan nama pena Widayanti
Rose. Widayanti adalah nama asli sedangkan Rose adalah potongan nama akun
sosial media suami. Jadilah hingga sekarang nama penanya: Widayanti Rose. Cukup
simpel, tapi menarik. Secara komersial nama tersebut juga memiliki hoki
tersendiri. Terbukti selain sebagai pelopor, penyemangat berkarya di bidang
literasi, Widayanti juga sebagai guru yang kreatif dan inovatif. Tidak salah
jika beberapa kali Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melirik
namanya. Saat ini ia bertugas sebagai instruktur guru merdeka belajar juga
merupakan kepercayaan kemendikbud kepadanya. Sebuah tugas mulia menjadikan guru
sebangsa menjadi lebih bermutu. Saat ini ia mengajar di SDN Kapedi 1, jauh dari
pusat kota kabupaten Sumenep. Sekolah boleh desa, tapi keberuntungan kota!
Ia mengaku mulai menulis sejak sekolah di madrasah tsanawiyah Pondok
Pesantren Annuqayah. Usia belasan tahun sudah menulis. Karya pertamanya berupa
cerita pendek (cerpen) berjudul Tembang Kehidupan. Cerpen tersebut dimuat pada
majalah pondok yakni Yasmin. Ia mengakui cerita pertamanya tersebut tentang
cinta. Yah, cinta versi anak remaja di masanya.
Kemudian ketika ditanya mengapa ia menulis? Menulis itu mengasyikkan,
imajinasi mengalir ke mana pun yang kita inginkan. Kita bisa menjadi apa saja
dan siapa dalam tulisan. Dengan dasar imajinasi itulah hampir semua
kesuksesannya baik dalam bidang profesinya sebagai guru atau bidang literasi
yang ia tekuni sudah ada dalam benak imajinasinya yang menunggu waktu terwujud.
Ada pula kisah menarik ketika ia mengikuti sebuah acara di kemendikbud, anak keduanya—yang masih harus digendong dan dibawa ke mana-mana—ia kenalkan kepada Pak Menteri Pendidikan yang kala itu adalah Bapak Muhajir Efendi. Tentu hal tersebut juga menyerap banyak perhatian dari berbagai kalangan. Bilqis, yang bayi itu sempat berfoto dengan Pak Menteri ‘siapa tahu kelak anakku menjadi menteri.’ Komentarnya di depan Pak Menteri.
Berbincang Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan 2019
Selain itu di bidang literasi juga ia menjadi ketua Komunitas Kata
Bintang. Berawal dari sebuah komunitas yang bernama Sumenep Berkarya yang
ditekuni bersama beberapa orang temannya, kemudian secara resmi berganti nama
dan meluaskan sayap menjadi Kata Bintang yang diluncurkannya pada 25 Agustus
2019 lalu. Dengan nama yang beda dengan jumlah anggota lebih banyak, juga
dengan mesin produksi yang kuat. Beberapa buku yang telah berhasil dicetak dan
diterbitkan antara lain: Tadarus Kata, Catatan Harian Terakhir Jessica, dan
sebagainya.
Ulang tahun kedua Kata Bintang diselenggarakan di masa pandemi. Walaupun
sederhana hanya mengundang anggota dan beberapa pejabat daerah yang peduli,
Kata Bintang yang dipimpinnya meluncurkan enam buku baru karya anggota.
Beberapa media meliput dan mewawancarainya dan tentu berdampak makin luasnya
nama Widayanti Rose sekaligus Kata Bintang yang dipimpinnya. Dalam acara
tersebut kembali Kata Bintang meluncurkan karya terbarunya antara lain: Tadarus
Kultur, Kupu-Kupu Emas, Istana di Atas Awan, dan sebagainya sehinga jika dirata-rata
karya Komunitas Kata Bintang di atas sepuluh judul buku.
Tiga kali Februari dalam beberapa tahun terakhir menjadi masa dukanya. Bulan
itu adalah hari ibunda tercintanya meninggal dunia. Cukup lama stagnan
berkarya, namun tetap selalu memberikan motivasi berkarya kepada anggota Kata
Bintang bahkan ke beberapa lembaga pendidikan tetap menularkan semangat
berkaryanya. Sebagai motivator, suaranya diterima banyak kalangan karena memang
terbukti karya-karyanya memang luar biasa.
Selain kesibukan mengajar, ada bocoran lain tentang ibu dua anak ini.
Ternyata diam-diam memiliki anak asuh. Tiga anak saat ini yang di bawah
tanggungannya bersama keluarga. Ada nama Ayu, umur sepuluh tahun. Ada nama
Shila, saat ini telah berusia tujuhbelas tahun. Dan yang ketiga, Ahmad Lintang,
umur empat tahun. Yang menarik, anak asuhnya yang terakhir ditemukannya secara
tidak sengaja dalam perjalanannya ke Jakarta dalam rangka undangan Kemendikbud pada
program komunitas praktisi. Nama anak asuh yang ketiga tidak jauh beda dengan
nama puteri sulungnya: Bintang. Bintang dan Lintang memiliki makna yang sama.
Intinya sebagai guru, mengasuh anak atau murid merupakan panggilan jiwa,
lanjutnya.
Benarkah Widayanti beternak sapi? Nah, saatnya mulai dibahas. Usaha
ternak sapi tersebut bermula dari rasa prihatin Widayanti menyaksikan
masyarakat sekitarnya menua tanpa penghasilan terutama walimurid. Dengan awalan
niat membantu memberikan kesibukan yang menguntungkan mulailah ia membeli
beberapa ekor sapi untuk diserahkan kepada walimurid untuk dirawat. Tentu ada
bagi hasil. Setidaknya kelak dapat membantu meringankan beban wali murid.
‘Selain itu, saya juga punya alasan untuk bisa silaturrahmi,’ tegasnya.
Usaha ternak sapi tersebut beberapa waktu kemudian membuahkan hasil. Ia
menambah beberapa ekor sapi lagi dan diserahkan kepada walimurid lain yang
membutuhkan. Setidaknya memberikan kesibukan yang berarti. Tidak akan merugi
karena semua keperluan sapi seperti vitamin, makanan (selain rumput), mungkin
sesekali uang lelah, sudah dari pemilik sapi. Tugas utama penggembala hanya
merawat dan menjaganya.
Apa yang terutama penting pada tulisan ini? Letupan semangat. Semangat berjuang tak pernah kenal lelah. Dedikasi, rasa peduli pada lingkungan terutama pada walimurid yang lemah dan membutuhkan uluran tangan. Dan, imajinasi. Imajinasi merupakan alat pengantar ke tujuan. Imajinasi adalah doa dalam diam. Selebihnya berpasrah, yakni titik yang tepat berada di tengah-tengah antara rugi dan untung dalam segala hal karena buah dari usaha sebenarnya adalah bonus dari Tuhan. Itulah sekilas kisah tentang Widayanti Rose, penulis yang peternak sapi.
Posting Komentar untuk "Penulis Si Peternak Sapi"