PENUMPANG DI NEGERI NUSANTARA
Pribumi nusantara sekelompok
manusia yang merupakan penghuni awal nusantara berdasarkan persebaran untuk
menetap dan membangun. Ciri-ciri manusia nusantara beberapa yang dominan adalah
berkulit sawomatang dan kuning langsat, berbudaya beragam, berbahasa nusantara
atau Bhinneka Tunggal Ika, dan berperawakan tidak tinggi dan tidak pendek. Maka, selain ciri-ciri tersebut yang sekarang
ikut menghuni nusantara adalah penumpang. Disebut penumpang karena mereka bukan
manusia nusantara asli.
Siapakah para penumpang ini? Ada dua
kelompok besar para penumpang. Pertama yang datang dari arah Barat. Kedua, yang
datang dari arah Timur. Penumpang dari arah Barat mempunyai ciri-ciri yang
dapat dibagi lagi menjadi dua bagian besar. Ciri-ciri pertama adalah mereka
yang berperawakan tinggi besar, kulit putih dan merah, berbau amis, berambut
aneka warna, berhidung mancung, dan berbahasa yang sama sekali tidak mirip
dengan warga pribumi nusantara. Ciri-ciri kedua adalah mereka yang berperawakan
hampir sama tingginya dengan warga pribumi, berkulit hitam, berjanggut, berhidung
mancung, berbusana serba panjang, dan berbahasa yang sama juga tidak dimengerti
warga pribumi. Satu kelompok besar penumpang dari arah Timur memiliki ciri-ciri
yang sama yakni bermata sipit dan bertubuh pendek serta memiliki bahasa yang
juga tidak dapat dimengerti oleh warga nusantara.
Wajar kalau dua kelompok besar
itu tertarik menjadi penumpang di nusantara. Selain luas negerinya, juga kaya
raya. Ingat lagu Kolam Susu karya Koes Plus? “Bukan lautan tapi kolam susu. Kail dan jala cukup menghidupimu. Tiada badai
tiada topan kautemui. Ikan dan udang menghampiri dirimu. Orang bilang tanah
kita tanah surga. Tongkat kayu dan batu jadi tanaman.” Sebenarnya tidak
hanya kolam susu. Nusantara adalah kolam permata, kolam emas, kolam uranium,
kolam ikan mahal, kolam tanaman bermutu, kolam surga.

Banyak yang kembali ke negeri
asalnya membawa oleh-oleh untuk keturunannya. Banyak pula yang menyamar menjadi
penumpang abadi dengan menikahi warga pribumi kemudian mengaku dirinya adalah
warga pribumi asli. Penghasilan selama terjadi ikatan pernikahan menjadi sumber
air yang deras untuk memenuhi kebutuhan di negeri asalnya.
Sebagai para penumpang yang telah
lama dan mengaku dan terakui secara resmi sebagai warga negara pribumi menjadi sangat
serakah. Keserakahannya dibantu oleh alat kekuasaan yang dijabatnya. Merajalela.
Pribumi yang seharusnya majikan di negerinya sendiri, berubah menjadi kacung
untuk memenuhi hasrat kebuasan sang penumpang. Tanpa ragu-ragu dan tanpa rasa
malu.
Sebagian lagi beralibi merasa
ikut memerdekakan nusantara. Sebagian lagi berargumen telah memberikan
pencerahan. Sebagian lagi merasa telah banyak membantu. Dengan alasan tersebut
mereka layak diakui sebagai pribumi bukan sebagai penumpang. Bagaimana bisa
mereka mengaku sebagai pribumi, ciri fisik, cara hidup, dan cara berbahasa
mereka tidak sama? Masuk akal?
Pantaskah penumpang minta
dilayani dan dihormati? Penumpang mempunyai kewajiban dilayani dan dihormati
hanya sebatas tiga hari. Selebihnya harus tenggang rasa membalas budi kebaikan
warga pribumi, bangsa nusantara. Sementara mereka yang menjadi penumpang telah
bercokol di nusantara berhari-hari, bertahun-tahun, bahkan berabad-abad,
memperbesar produksi generatifnya.
Penumpang yang telah lama dan
baru berdatangan. Dalam waktu cepat mengurusi negara. Dalam waktu singkat
mengatur perekonomian untuk bangsa asalnya. Mereka telah memiliki surat sakti
menggali lebih dalam tanah nusantara. Mereka telah memiliki tanah sewa bahkan
membeli tanah pribumi untuk anak keturunannya. Pribumi menangis. Pribumi belum
sampai pada tahapan sila kelima Pancasila. Pribumi masih beranjak pada taraf
sila kedua. Dan memang dijaga untuk tidak sampai pada sila ketiga agar mereka
lebih leluasa menguras bersih kekayaan nusantara.
Mereka berkoar-koar menyatakan
perjuangannya untuk nusantara. Apakah yang mereka perjuangkan? Untuk kelangsungan
nusantara dan bangsanya atau untuk kelangsungan anak cucunya baik yang berada
di nusantara atau yang berada di negeri asalnya. Mana buktinya? Apakah perjuangan
mereka telah mengantarkan bangsa nusantara pada tahapan sila kelima? Atau sengaja
mereka atur untuk tetap berada pada tahapan sila pertama dan kedua?
Bangsa nusantara adalah pemilik
yang sah atas tanah, air, dan udara nusantara. Yang memiliki gunung-gunung emas
dan permata. Yang memiliki hutan-hutan dan lautan surga. Bangsa nusantara
pemilik sah atas teritorial politik dan ekonomis nusantara. Akui dan jangan
serakah. Jangan mengangkangi tanah nusantara. Jangan berlama-lama. Bangsa nusantara
juga memiliki anak cucu. Memiliki keturunan yang jauh lebih banyak jumlahnya
dari keturunan para penumpang. Tapi, sangat sedikit yang mencicipi citarasa
surga negerinya sendiri. Entah, apakah anak cucu warga nusantara nantinya
memperoleh warisan untuk kelangsungan hidupnya? Atau akan menagih ke
negeri-negeri penumpang untuk mengambil kembali hartanya?
Posting Komentar untuk "PENUMPANG DI NEGERI NUSANTARA"