Ngamen Gratis, Mekso Karepmu!
“Ngamen gratis, mekso karepmu!” begitu tulisan yang dibaca anakku tepat di pagar
rumah yang kami lewati. Anakku berpendapat itu hal yang kasar dan kejam. Entah
karena alasan malas membawakan rejeki si pengamen, membuka pintu rumah, menuju
pagar, dan menyerahkan rejekinya; atau memang sebenarnya pelit sekeluarga dan
merasa hartanya terbebas dari hak milik orang lain. Begitu kira-kita aku
memberikan penjelasan yang singkat.
“Semestinya, tidak
seharusnya begitu, ya Yah?” anakku sepertinya menyesalkan.
Aku hanya mengiyakan
dengan sedikit rasa humor kulanjutkan begini. Seharusnya di pintu pagar itu
dibuatkan kotak dengan tulisan, “Pengamen, silakan ambil seribu rupiah saja
hari ini saja!” Sediakan saja misalnya sepuluh ribu rupiah dengan pecahan
seribuan. “Gimana kalau pengamennya tidak jujur, Ayah? Dan mengambil semua
uangnya.” Ya, biarkan saja. Berarti si pengamen tidak jujur atas rejekinya. Dia
mengambil rejeki si pengamen lainnya. Kalau si pemilik rumah berpikiran dan
berprasangka seperti itu, berarti tidak ikhlas.
“Terus kalau uangnya
sudah habis gimana? Kan kasihan pengamen lain jadi kecewa setelah merogoh
kotaknya?” iya juga sih. Biarlah, Nak! Yang penting kita tidak boleh melakukan
seperti itu. Tidak ada salahnya kita bilang maaf kepada mereka jika kita memang
tidak berniat dan berminat memberikan sebagian kecil rejeki kita. Sebenarnya
eman lho, kita memberi sedikit rejeki kita selain mendapatkan pahala, kita juga
dapat banyak hal.
“Contohnya apa, Yah?”
Contohnya, kita akan diberikan
rejeki sehat. Kita akan jarang sakit. Kita juga akan dipanjangkan umur oleh
Tuhan. Dan satu hal lagi, si pengamen itu mendoakan kita. Pasti doa yang
baik-baik. Enak, kan? Hanya dengan bermodal seribu atau dua ribu, kita sudah
mendapatkan doa gratis.
“Gimana kalau pengamen
hanya berdoa tidak dari hati, hanya sekedar menghibur kita, Ayah?”
Tidak masalah, Anakku.
Doa pura-pura dari mereka juga didengar Tuhan, kok. Itu pasti. Makanya, kita
kudu hati-hati dalam berdoa, karena doa dalam keadaan bergurau pun Tuhan bisa
saja kabulkan. Masih ingat cerita Ayah tentang seorang yang tekun ibadah dan
berdoa agar bisa makan setiap hari tiga kali tanpa harus repot-repot bekerja?
“Pasti, Ayah, aku selalu mengingatnya. Dan orang yang berdoa itu akhirnya masuk
penjara, kan? Dan bisa makan tiga kali sehari tanpa bekerja!”
Betul, betul. Kami pun
tertawa. Anakku cerdas. Semoga kamu jadi cahaya mata dan hati keluarga, Nak.
Doaku dalam hati.
“Yah, gimana kalau kita
memberi pengamen sesuatu tapi kita tidak ikhlas? Misalnya orang yang punya
rumah tadi itu, kadung buat kotak dengan isi sepuluh ribu setiap hari. Tapi karena
banyak pengamen yang tidak jujur, si pemiliki rumah akhirnya tidak ikhlas. Apakah
akan dapat pahala?” Pahala sih, mungkin tidak ya, tapi Tuhan akan mengganti apa
yang mereka keluarkan sebanyak uang yang mereka berikan kepada si pengamen. Tidak
ada bonus. Tidak lebih. Seandainya ia ikhlas, pasti banyak bonusnya.
“Terus, sekarang kan
banyak pengemis, Yah. Gimana kalau seandainya mereka sebenarnya kaya raya? Apakah
Tuhan akan tetap memberikan pahala kepada kita?” Ketika mereka menadahkan
tangan, berarti mereka termasuk orang-orang yang tangannya di bawah. Kita tangan
di atas atau yang memberi. Apapun yang kita berikan kepada mereka dengan ikhlas
sekecil apapun akan tercatat sebagai amal, Nak. Tuhan akan melipatgandakan
pahalanya. Kita akan dapat banyak bonus. Transaksi dengan Tuhan tidak pernah
ada ruginya. Yakinlah!
“Baiklah, Ayah!”
#cerpen #fiksi #short story
Posting Komentar untuk "Ngamen Gratis, Mekso Karepmu!"