Matahari Tak Terbit (Short Story)
Suatu hari,
Matahari enggan terbit. Ia malas keluar. Ia lelah menyaksikan kebohongan dan
tingkah laku manusia. Seharusnya pukul 5.30 Matahari terbit dengan senyumnya.
Hingga pukul 8, 9, dan seterusnya bumi masih gelap. Matahari tidak beredar pada
lintasannya. Manusia resah. Kebingungan. Entah apa yang terjadi. Mereka merasa
sepertinya sudah kiamat.
Bumi benar-benar
gelap. Hanya lampu-lampu yang menerangi. Kegiatan sehari-hari terganggu.
Sekolah yang seharusnya tertib masuk pada jam 7, hari itu tidak ada aktivitas.
Libur. Walau pun sudah pukul 9 pagi, tapi masih seperti seperti ketika malam
hari.
Hewan-hewan malam
tetap taat kepada Tuhan. Ayam yang ketika menjelang subuh sudah berkokok
membangunkan manusia, tetap pada tugasnya. Jangkrik dan hewan-hewan malam yang
terbiasa berbunyi pada malam hari, ketika sudah masuk jam pagi hari pada saat
Matahari harusnya muncul, terdiam sesuai waktunya. Burung-burung yang sudah
terbiasa berkicau pada pagi hari tetap menaati perintah Tuhan, mereka berkicau
walaupun dengan sedikit kebingungan. Seandainya mereka bisa berbicara, maka
mereka akan mengatakan: “Ini sudah pagi, kenapa masih begitu gelap?”
Semua aktivitas
manusia hari itu memaksakan diri seperti biasanya. Memaksakan diri berangkat ke
sekolah, memaksakan diri bekerja, memaksakan diri berdagang, bertugas di lalu
lintas, pergi kerja ke pabrik-pabrik, semua angkutan umum dan kendaraan juga
memaksakan diri seperti hari ketika ada Matahari. Tentu dengan kebingungan
tertentu. Wajah-wajah mereka dipenuhi dengan rasa cemas, takut, dan tanda
tanya. Kehilangan fokus. Seperti kehilangan harapan.
Ada apa
sebenarnya? Mengapa Matahari tidak bekerja dengan semestinya? Apakah itu tanda
kiamat? Atau sudah kiamat? Ayam dan burung saja tetap melakukan tugasnya dengan
setia. Mengapa Matahari ingkar janji dan tidak menebarkan cahaya dan senyum
paginya? Adakah yang salah dengan tata tertib alam semesta? Ataukah manusia
telah dia benci sehingga ia enggan terbit? Sampai kapan? Ataukah selamanya ia
tidak akan bekerja lagi sesuai dengan perintah Tuhan?
Jangan-jangan karena terjadi gonjang-ganjing perdebatan
antara bumi bulat dan bumi datar. Matahari merasa digunjing dengan adanya
perdebatan itu. Mungkin tersinggung kemudian malas terbit. Tapi tidak
seharusnya melanggar ketaatannya kepada Tuhan. Matahari seharusnya tetap terbit
dan terbenam sesuai dengan perintah Yang Mahakuasa.
Beberapa suku di
nusantara mulai melakukan ritual tertentu untuk merayu Matahari agar terbit
walaupun sudah terlambat. Masyarakat Muslim banyak pula melakukan doa bersama
di sebagian besar nusantara. Angkatan udara nusantara juga mulai berinisiatif
melakukan penerbangan yang tidak seharusnya. Beberapa pesawat tempur melesat ke
arah Timur. Mungkin ingin memanggil Matahari. Begitu pula dengan armada angkatan
laut, juga melakukan pelayaran ke arah Timur. Seperti sedang menjemput
Matahari. Kesibukan telekomunikasi juga tampak terutama negara-negara di bagian
Timur seperti Cina dan Rusia. Negara-negara Barat banyak melakukan komunikasi
menanyakan topik yang sama. Tidak terbitnya Matahari. Mereka bertanya siapa
tahu Matahari masih berjalan lambat di negara-negara Timur. Sementara
negara-negara Timur bertanya balik, jangan-jangan Matahari sudah waktunya
terbit dari arah Barat. Semua kebingungan. Semua yang mereka pertanyakan tidak
terjawab karena Matahari tidak terbit dari arah mana pun.
Waktu sudah
menunjukkan pukul 12 siang. Matahari belum juga muncul. Seharusnya Matahari
tepat berada di atas ubun-ubun, tapi kenapa bintang-bintang? Benar-benar
kejadian aneh, tapi manusia tetap memaksakan diri dengan kegiatan-kegiatan
seperti sebelum kejadian aneh tersebut. Suara adzan pun tetap dikumandangkan
tepat waktu. Siswa masuk dan pulang sekolah juga tepat waktu. Orang-orang kerja
pun pulang tetap menepati waktu.
Hingga tengah
hari Matahari belum juga muncul atau tiba-tiba sudah di tengah langit. Langit
masih berisi bintang. Kegelapan bumi masih pula diterangi dengan cahaya-cahaya
kecil dari lampu-lampu. Wajah-wajah manusia pun seperti kehilangan cahayanya.
Mereka tampak gelap dan pucat. Kecemasan dan ketakutan mewarnai kepucatannya.
Masuklah pada
waktu yang seharusnya Matahari terbenam. Adzan Magrib berkumandang dengan suara
sedikit gemetar. Hewan-hewan malam pun mulai beraktivitas. Kunang-kunang
berterbangan. Kelelawar mencari makan seperti malam sebelumnya. Nyamuk-nyamuk
mulai berdenging. Tikus-tikus keluyuran. Lagi-lagi manusia kembali memaksakan
diri seperti tidak terjadi apa-apa.
“Aku akan
menuntut kepada Tuhanmu, Matahari. Yang Tuhanmu itu juga adalah Tuhanku. Aku akan
minta ganti rugi kepadamu atas semua kerugianku yang disebabkan oleh
pelanggaranmu tidak terbit hari ini.” Seseorang seperti sedang berpuisi
tengadah dan berteriak di halaman rumah di sebuah kampung.
“Sekali dengarkan
kata-kataku, wahai Matahari. Aku akan menuntut atas kerugian yang kau
timbulkan! Harusnya hari ini aku dapat mengumpulkan uang 5 juta dari
daganganku. Uang itu untuk membayar tagihan bank. Harusnya anakku sekolah
dengan ceria dan semangat. Harusnya cucian isteriku kering untuk seragam anak-anak
dan bajuku untuk besok. Sungguh, aku menuntut semua kerugian ini kepadamu!”
“Tunggu, apakah
besok kamu juga tidak akan terbit lagi? Kalau besok pun kamu tidak terbit, maka
akan lebih besar tuntutanku kepadamu atas kerugianku. Kalau hari ini aku tuntut
kamu dua kali lipat, maka besok juga kamu tidak terbit akan kutuntut 10 kali
lipat. Ingat itu!”
Sebagian manusia
mulai tidak sehat. Memang seharusnya tidak sehat dengan keadaan seperti itu.
Matahari yang menjadi salah satu sumber kehidupan tidak menjalankan tugasnya
dengan baik. Pasti itu akan berpengaruh pada sumber kehidupan yang lain yang
pada akhirnya akan menjadi malapetaka bagi kelangsungan hidup penduduk bumi
seluruhnya.
Siapakah yang
dapat memberikan penjelasan tentang tidak terbitnya Matahari ini? Adakah yang
mampu menenangkan hati? Adakah yang bisa menghibur kami dengan harapan? Tuhan,
jawablah! Ada apakah sebenarnya ini? Kejadian ini belum pernah terjadi
sebelumnya. Jika ini merupakan tanda kiamat telah datang, mengapa tidak seperti
yang Engkau terangkan dalam kitabMu? Tanda ini tidak seperti yang Engkau
sampaikan kepada kami. Sebenarnya sebagai tanda apakah kejadian ini?
Semalaman hari
itu, kebanyakan manusia tidak tidur walaupun seharian tetap memaksakan diri
melakukan kegiatan seperti ketika ada Matahari. Mereka semua menunggu-nunggu
waktu terbitnya Matahari dengan harapan besar Matahari dapat terbit kembali
seperti semula. Semua menanti kehadiran Matahari. Semua memandang ke arah
Timur. Semua jarang berkedip. Semua berdebar-debar menunggu semburat merah
fajar.
Ternyata yang
terjadi adalah....
Thanks for sharing This. Also Visit our Site: https://gobookmart.com/best-love-stories-from-different-mythologies/
BalasHapushttps://gobookmart.com/best-love-stories-from-different-mythologies/
Hapus