Menghargai Keberagaman (Bhinneka Tunggal Ika)
Sebagai awal dari semua hal yang
menarik dalam buku ini sebelumnya kamu akan dikenalkan dengan sebuah sekolah
yang terkenal di California Utara, yakni A.
B. Combs Elementary. Sebuah sekolah dasar negeri yang terletak di daerah
yang sunyi dengan siswa yang berjumlah 800. Dalam jumlah tersebut terdiri dari
28 negera asal siswa. Hebat ya? Anak-anak dari 28 negara bisa berkumpul dalam
satu sekolah. Benar-benar menakjubkan! Sebenanrnya apa yang menarik dari
sekolah tersebut sehingga diminati oleh orang tua siswa untuk menyekolahkan
anak-anak mereka di sana bahkan dari berbagai negara?
Hal yang menarik dari sekolah
tersebut ternyata setiap mereka dididik cara menghargai perbedaan, cara menghormati
keberagaman. Setiap mereka tidak memandang berdasarkan negara mana mereka
berasal, bahasa apa yang mereka gunakan, warna kulit, ras, tingkat ekonomi, dan
sebagainya. Mereka memandang bahwa mereka adalah satu. Mereka anak-anak yang tumbuh
berkembang. Mereka senasib. Mereka seperjuangan di sekolah tersebut. Perbedaan
yang mereka miliki menjadi kekayaan untuk saling dibagi. Untuk saling menggali.
Sebenarnya semangat menghargai perbedaan dan keberagaman tersebut telah kita
punyai yakni Bhinneka Tunggal Ika.
Hanya saja prinsip tersebut perlu lebih ditingkatkan lagi pelaksanaannya dalam
kehidupan sehari-hari kita.
Visi utama yang dikembangkan
pada A.B. Combs Elementary adalah
Kepemimpinan yang dikenal dengan istilah Leader
in Me. Salah satu kepemimpinan yang dilaksanakan adalah membentuk
pemimpin-pemimpin kecil berdasarkan kemampuan yang menonjol yang dimiliki anak-anak
tersebut. Sebagai contoh Chatrine adalah pemimpin dalam bidang Art (seni),
Muhammad sebagai pemimpin dalam bidang olahraga, Ching Ching sebagai pemimpin
dalam bidang musik, dan Neil dalam bidang teknologi. Inilah contoh pemimpin
dalam visi The Leader in Me yang
patut ditiru. Mereka masih seusia kalian, anak-anak sekolah dasar.
|

Prinsip kepemimpinan
tersebut berpusat untuk membantu siswa untuk bertanggung jawab atas kehidupan
mereka dan untuk bekerja sama dengan teman secara lebih efektif. Selain itu
pula untuk mewadahi beragam perbedaan kemampuan yang dimiliki siswa untuk perkembangan
lebih lanjut. Prinsip The Leader in Me didasari
anggapan bahwa setiap anak bersifat baik dan memiliki sesuatu yang khas yang
bernilai untuk disumbangkan kepada teman yang lain. Dalam prinsip tersebut juga
terkandung bahwa anak memiliki jiwa kepemimpinan sejati yang menunggu untuk
diasuh secara benar.
Pada sekolah tersebut, semua
kelebihan anak dilayani dan difasilitasi kebutuhannya. Mereka yang mempunya
kelebihan dalam seni rupa misalnya, diberikan tempat tersendiri dan
difasilitasi kebutuhan mereka untuk melukis seperti cat, kanvas, kuas, dan
sebagainya. Tidak ada satu pun kemampuan mereka yang diabaikan. Semua dihargai
dan diberikan tempat dan sarana untuk dikembangkan. Benar-benar menakjubkan.
Bagaimanakah dengan sekolah tempat
kamu belajar? Apakah tergambar seperti A.
B. Combs? Secara mayoritas, mungkin tidak sebaik A. B. Combs. Hal itu harus kita sadari. Namun, tidak perlu kecil
hati karena kita adalah bangsa yang besar dan terkenal dengan Falsafah
Pancasilanya. Kita dikenal oleh bangsa lain sebagai bangsa yang beradab yang
menjunjung tinggi moralitas. Walaupun sekolah tempat kita belajar tidak seperti
A. B. Combs Elementary, namun pada
kenyataannya pada sekolah kita memiliki tantangan dan tuntutan yang sama dengan
A. B. Combs. Coba perhatikan dan
dingat-ingat, bukankah di kelasmu juga terdapat keberagaman? Mulai dari
keberagaman warna kulit, keberagaman agama, keberagaman suku, keberagaman
kemampuan, dan sebagainya. Di sekolahmu terutama di kelasmu, kamu memiliki
teman-teman yang berkulit kuning, coklat, dan hitam. Di kelasmu juga kamu
memiliki teman-teman yang beragama Kristen, Islam, Hindu, dan Budha. Di kelasmu
juga ada yang bersuku Jawa, Madura, Banten, dan sebagainya. Bahkan secara
khusus, ada teman-temanmu yang unggul dalam Matematika, pandai dalam pelajaran
Bahasa Indonesia, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Sosial, Keterampilan dan
Kesenian, bahkan ada pula yang unggul serta juara dalam bidang olah raga. Semua
itu merupakan keberagaman yang ada di sekolahmu yang menjadi kekayaan bagi
sekolahmu. Tidakkah kamu perhatikan?
Dengan keberagaman tersebut,
sebenarnya kita tidak perlu merasa rendah diri atau bakhan cemburu. Tuhan
memang menciptakan perbedaan tersebut untuk saling mengenal dengan baik dan saling
menyayangi dengan saling berbagi. Bila kamu lemah dalam ilmu berhitung, ada
baiknya bila kamu mendekati yang lebih pandai daripada kamu untuk belajar
darinya. Belajar dari teman yang lebih pandai merupakan salah satu cara yang
baik dan menyenangkan. Kita tidak perlu merasa canggung, malu, atau sungkan
karena teman tersebut adalah teman kita sendiri. Teman bermain di sekolah,
teman sekelas, dan teman sebayamu.
Ada sebuah cerita yang ditulis oleh
Landry tentang perdebatan antara burung gereja, burung merpati, elang, dan
kura-kura. Keempat hewan tersebut saling membanggakan diri dengan kelebihan
masing-masing. Kura-kura mengatakan bahwa dirinyalah yang paling bahagia dan
bangga karena ia bisa hidup paling lama sampai ratusan tahun. Ia juga bisa
hidup di air dan di darat serta memiliki tempurung yang keras dan kuat.
Menurutnya, ia hewan yang paling hebat.
Elang tidak mau kalah. Ia berkata
bahwa ia bisa terbang tinggi dengan kecepatan yang luar bisaa. Ia bisa melihat
sampai berkilo-kilo meter jauhnya. Ia juga bisa menangkap mangsanya dengan
cepat dengan cengkramannya yang kuat. Mendengar pengakuan demikian, merpati
pun ikut menyombong. Ia berkata bahwa ia
memang tidak bisa terbang tinggi seperti elang, namun ia merasa lebih berguna
daripada elang. Merpati bisa membantu manusia untuk mengantarkan surat. Ia bisa
menjadi tukang pos. ia sangat bangga dengan pekerjaannya itu.
Terakhir, giliran burung gereja
berpendapat. Ia memang bukan burung yang besar. Ia hanya burung kecil, ujarnya
sambil tersenyum. Tapi, ia adalah hewan yang paling bahagia. Walaupun tidak
berumur panjang seperti kura-kura, dan terbang tinggi dengan cepat seperti
elang dan merpati, ia bahagia dengan kehidupan yang apa adanya. Ia memang hanya
dapat menumpang tinggal di dahan pohon, gedung gereja, mesjid, rumah, dan
sebagainya. Namun, ia bisa berkicau sesuka hati. Walau tidak terlalu merdu,
tapi kicauannya selalu bernada ceria. Selain itu, manusia juga merasa senang
dengan kicauannya yang sederhana. Dengan keadaannya yang apa adanya, burung
gereja juga merasa bangga.
Mendengar perdebatan tersebut,
seorang bijak pun akhirnya memberikan pendapat. “Kalau itu sih tidak perlu diributkan
karena kita terlahir dengan kelebihan dan kehebatan masing-masing. Kita berbeda
antara yang satu dengan yang lain, tapi tidak untuk saling menyombong, tidak
untuk saling bertengkar. Kita harus gunakan kelebihan kita untuk membuat hidup
kita berarti dan berguna bagi bagi diri kita dan orang lain. Kita juga terlahir
dengan kekurangan dan kelemahan agar kita saling mengenal dan saling mengisi
kekurangan kita dengan kelebihan. Kita harus bersyukur dengan apa yang kita
punya dan merasa bahagia. Mendengar perkataan orang bijak itu, keempat hewan
tersebut terdiam. Hmmm, bagaimana menurutmu? Menarik bukan? Semua itu tentang
perbedaan, tapi dengan perbedaan itu kita tahu bagaimana harus menyikapinya.
Menghargai, menghormati, saling mengenal dan saling berbagi.
Ingatkah kamu dengan Gus Dur? Siapakah
dia? Siapakah nama lengkapnya? Ya, benar. Gus Dur adalah mantan Presiden
Republik Indonesia yang ke-4. Nama lengkapnya adalah Kyai Haji Abdurrahman
Wahid. Tapi apakah yang kalian tahu tentang seorang Gus Dur selain sebagai
mantan presiden? Sebenarnya apa kelebihannya walaupun ia sudah tiada tapi
namanya masih disebut-sebut? Mengapa pula banyak temannya bahkan dari negeri
asing? Apa yang terkesan dari mereka yang pernah bersahabat dengan Gus Dur?
Salah satu surat kabar nasional menyatakan bahwa segala hal tentang Gus Dur
selalu menarik untuk dibahas.
Sebagai Pluralis, salah satu
pernyataannya sehubungan dengan keberagaman yang kita miliki adalah: “Hargai dan hormati setiap perbedaan.” Seolah-olah ia mengatakan begini: Bhinneka Tunggal Ika itu benar, bila
dilajankan dengan perbuatan dengan cara yang benar, maka kita akan menjadi
bangsa yang besar dan bermoral. Bhinneka
Tunggal Ika itu bukan untuk hafalan, tapi untuk diwujudkan dalam perbuatan
sehari-hari. Semangat menghargai dan menghormati perbedaan mempunyai dampak
yang sangat besar untuk mewujudkan hal-hal yang besar.
Tapi siapakah sebenarnya Gus Dur
itu? Siapakah ia menurut orang-orang yang pernah dekat dengannya? Salah satu
orang yang pernah dekat adalah Sulaiman. Ia dipilih Gus Dur untuk menyiapkan makan
untuk Gus Dur di rumah tangga kepresidenan sekaligus asisten pribadi. Menurut
Sulaiman, Gus Dur adalah orang yang
sangat dermawan dan perhatian kepada siapapun. Ia selalu menanamkan kebaikan
bagi orang lain. Salah satu contoh kedermawanannya ia membantu menikahkan
Sulaiman, membiayai pernikahan tersebut, dan juga membiayai persalinan istri
Sulaiman ketika melahirkan padahal Sulaiman bukan siapa-siapa dibandingkan
dengan Gus Dur yang ketika itu menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia.
Pandangan lain tentang Gus Dur
disampaikan oleh Mahfud MD yang ketika itu menjabat sebagai Menteri Pertahanan.
Ia menyatakan bahwa Gus Dur sangat menjaga tali silarurrahim. Ia suka dan gemar
bersilaturrahim. Setiap bepergian ke mana pun, ia akan selalu mengunjungi
kerabat dan teman-temannya, walaupun lebih muda daripadanya. Banyak orang
meyakini bahwa kegeramaran bersilaturrahim itu membuat Gus Dur dicintai banyak
orang.
Selain itu, Gus Dur juga sangat
cinta membaca buku dan mendengarkan musik klasik. Kecintaannya membaca itulah
yang membuatnya tidak kekurangan bahan untuk menciptakan pemikiran untuk
kepentingan bangsa ini. Itulah sedikit mengenai perilaku Gus Dur yang mungkin
bisa kita manfaatkan untuk bekal hidup di masa depan.
Apa yang bisa kalian petik mulai
dari A. B. Combs, keempat hewan, dan
tentang Gus Dur? Ya, benar. Satu hal penting yakni menghargai dan menghormati
keberagaman. Sebenarnya secara tidak sadar, setiap hari kita telah
melakukannya. Contohnya, kita masih berteman baik dan bahkan saling menyapa
dengan senyum dengan teman kita yang beragama lain. Kita juga tidak pernah iri
dengan kemampuan lebih yang teman kita miliki. Kita ikut bangga dan ingin
seperti mereka. Kita sering bertanya kepada teman yang lebih tahu tentang
pelajaran tertentu yang kita kurang mampu dengan perasaan nyaman. Inilah
semangat menghormati dan menghargai keberagaman yang menciptakan kekayaan.
Posting Komentar untuk "Menghargai Keberagaman (Bhinneka Tunggal Ika)"